Berita
Oleh Jihan Nadia pada hari Selasa, 27 Agu 2019 - 21:50:00 WIB
Bagikan Berita ini :

Mahasiswa Papua di Jogja: Penyelesaian Masalah Papua Tak Perlu Campur Tangan Asing

tscom_news_photo_1567253511.jpg
Ilustrasi Mahasiwa Papua saat menggelar unjuk rasa di Jakarta. (Sumber foto : Ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Mahasiswa Papua menyayangkan usulan Gubernur Papua Lukas Enambe yang menyatakan perlunya melibatkan pihak asing dalam menyelesaikan permasalahan Papua. Menurutnya, tidak etis jika pihak asing dilibatkan menyelesaikan permasalahan Papua karena Papua menjadi bagian dari Indonesia sebagai negara berdaulat.

"Penyelesaian masalah Papua tak perlu campur tangan asing," ujar salah seorang mahasiswa yang tinggal di Jogjakarta, Edward Krey melalui keterangan tertulisnya, Selasa (27/8/2019).

Edward menegaskan, dirinya mendengar kabar bahwa Gubernur Papua Lukas Enembe meminta agar Internasional diundang untuk ikut memulihkan situasi Papua pasca kerusuhan di sejumlah titik yang terjadi di Papua sehingga Indonesia bagian timur tersebut kembali kondusif.

"Akan tetapi, pertanyannya adalah benarkah Gubernur Lukas Enembe menginginkan agar orang-orang asing diundang untuk menyelesaikan masalah ini?," tanya dia.

Edward menyampaikan salah satu prinsip utama dalam hubungan internasional adalah dilarang untuk mecampuri atau mengintervensi urusan negara lainnya.

Sehingga, jika Indonesia mengundang negara lain untuk ikut menyelesaikan masalah di Papua, dia justru mempertanyakan apakah itu berarti akan atau telah terjadi intervensi terhadap urusan dalam negeri NKRI. Atau,bagaimana kalau negara itu memaksakan kehendaknya.

"Kalau di sana terjadi pembunuhan massal atau besar-besaran yang kini lazim disebut genosida, Indonesia bisa mengundang pemerintah asing atau organisasi dunia, seperti PBB, untuk membuktikan benar atau tidaknya telah terjadi genosida," paparnya.

Edward kemudian menceritakan sejumlah peristiwa yang terjadi di Papua. Dia mencontohkan soal kasus pembunuhan, penculikan, pemerkosaan, dan pencurian yang dilakukan oleh orang-orang tak bertanggungjawab, seperti halnya yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka alias OPM.

"Masalahnya adalah sudah adakah orang-orang di Papua yang minta Internasional untuk menyelidiki kasus-kasus pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata alias KKB tersebut? Jangan hanya pemerintah Indonesia yang “disuruh” mendatangkan orang-orang asing. Ulah KKB-KKB harus dibasmi karena telah menyengsarakan mayoritas orang Papua dan Papa Barat," katanya.

Edward menambahkan PresidenJoko Widodo selama 5 tahun pertama pemerintahannya hingga 20 Oktober 2019 telah membuat berbagai proyek dan program untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat Papua. Bahkan, kini sudah ada proyek yang disebut “Harga Satu BBM”.

Dengan demikian, kata dia, tidak ada lagi harga BBM di Papua dan Papua Barat yang satu liternya sampai puluhan ribu rupiah, sedangkan di Jawa hanya beberapa ribu rupiah.

"Pada saat ini sedang dibangun proyek tol Papua untuk mempermudah transportasi, mengurangi ekonomi berbiaya tinggi sehingga dapat mempermudah hubungan antardaerah," tambah dia.

Menurut Edward, Berbagai proyek di Papua tersebut memang belum berarti akan selesainya semua kendala. Akan tetapi, rakyat Papua harus sadar dan yakin bahwa siapa pun presiden NKRI dan apa pun proyeknya, semuanya hanya satu tujuannya, yakni untuk meningkatkan taraf hidup rakyat Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

Namun, di lain pihak, Edward mengatakan rakyat Papua dan Papua Barat juga harus ikut memberantas korupsi yang masih sering terjadi di sana.

Selain itu, juga jangan terus terjadi ada karyawan pemerintah atau bahkan pejabat yang meninggalkan daerahnya untuk berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan yang entah untuk apa dilakukannya.

Menurut Edward, rakyat Papua perlu menyadari bahwa tugas utama mereka adalah membangun Papua dan Papua Barat. Tanpa bermaksud melebih-lebihkan niat baik pemerintah Indonesia, harus disadari bahwa tujuannya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat dan rakyat Papua dan Papua Barat.

Bahkan, harus disadari bahwa Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sama sekali bukan “anak tiri” bagi NKRI. Ke-34 povinsi di Tanah Air semuanya adalah anak emas alias kesayangan pemerintah di Ibu Kota NKRI yang sekitar 2 tahun lagi akan mulai pindah ke Kalimantan.

"Percayalah bahwa NKRI bisa menyelesaikan sendiri masalah atau persoalannya," tutupEdward. (Alf)

tag: #papua  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
IDUL FITRI 2024
advertisement
IDUL FITRI 2024 MOHAMAD HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2024 ABDUL WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2024 AHMAD NAJIB
advertisement
IDUL FITRI 2024 ADIES KADIR
advertisement
Berita Lainnya
Berita

Fraksi PKS Sangat Kecewa AS Veto Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Oleh Sahlan Ake
pada hari Sabtu, 20 Apr 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini sangat kecewa dan menyesalkan sikap Amerika Serikat (AS) yang memveto draf resolusi untuk mengakui secara penuh keanggotaan Palestina di ...
Berita

TKN Akan Gelar Nobar Sidang Putusan Sengketa Pilpres

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran bakal menggelar acara nonton bareng sidang putusan sengketa hasil Pilpres 2024. Acara itu akan digelar secara sederhana bersama ...