JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Rencana pemerintah ingin memindahkan Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) ke Indonesia tidak gampang. Menurut pengamat energi Komaidi Notonegoro langkah tersebut bakal sulit terlaksana karena sindikasi perbankan nasional tidak mampu memberikan kredit besar.
Pasalnya perputaran uang yang ada di Petral saat ini sangat besar. Petral bisa membuka Letter Of Credit (LC) di Singapura sampai Rp60 triliun hingga Rp75 triliun, serta mampu memenuhi bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri lebih dari 50 persen.
"Ini hanya satu perbankan, bukan tidak mampu dalam likuiditasnya. Tapi dalam ketentuan moneter memang tidak memungkinkan untuk memberikan kredit sebesar itu," kata Komaidi saat dihubungi TeropongSenayan, Jakarta, Senin (8/12/14)
Lebih lanjut Komaidi mengungkapkan kalau Petral sampai dibubarkan maka akan terjadi kekacauan yang luar biasa. Dimana aktivitas produksi, transportasi, distribusi dan mobilitas masyarakat bakal terganggu.
"Pasar di dunia terkait minyak hanya ada 5, salah satunya di Singapura, jadi kalau kita mau pindah ke domestik bisa saja dilakukan tapi mengubah tata kelola dengan sistem yang berjalan 10 tahun bukan perkara yang mudah," pungkasnya.(ris)