JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -Ketimpangan masih terjadi di berbagai bidang. Hal itu karena tidak dipahaminya konsep Trisakti secara utuh oleh pimpinan bangsa ini.
Hal itu diungkapkan Haris Rusli Moti, aktivis Petisi 28 dalam diskusi "Menatap Indonesia" di Bale Perjuangan Jakarta (06/01). Hadir dalam diskusi tersebut Salamudin Daeng,Poppy Dharsono mantan anggota DPD RI serta Hatta Taliwang selaku moderator sedangkan Rachmawati Soekarno Putri tidak hadir.
"Sumber dan akar dari masalah hari ini sebagai bangsa adalah karena kita tak sanggup tegakkan Trisakti, berdaulat dengan politik, mandiri di ekonomi, dan kepribadian Indonesia, itu adalah kesatuan yang tak bisa dipisahkan," kata Haris lagi.
Haris mengingatkan, sebagai bangsa yang berdaulat sudah seharusnya membangun bangsa yang independen tanpa intervensi asing. Dikatakan kemandirian ekonomi itu sangat perlu untuk menghilangkan ketergantungan dari sistem ekonomi asing.
"Kita merdeka supaya tidak bergantung. Kita bisa bekerja sama dengan asing tetapi bukan berarti jadi budak, kita harus setara," tegas dia.
Haris juga berharap agar pemerintah punya solusi memecahkan segala masalah yang terlihat makin parah. "Sudah hampir 100 hari saya belum melihat mau dibawa kemana kapal Indonesia hari ini. Saya melihat nahkoda dan wakil-wakilnya juga belum tahu mau dibawa kemana kapal Indonesia," ujarnya .
Ditambahkan, seorang pemimpin itu ibarat sopir, sebelum jalan dia harus tetapkan tujuan, terutama jalan mana yang akan dilalui. "Sebagai sopir tak perlu ahli buat mobil, tapi bagaimana menyetir, rem gas dan lain-lain," katanya lagi
"Saya harap Jokowi begitu, jangan sampai menyelesaikan masalah dengan membuat masalah baru.Sumber masalah kita pada sistem, bukan jadi mafia tumbuh karena sistemnya lemah. Jadi solusinya cuma 1 kembali ke UUD 45 kemudian disempurnakan dengan jaman. Kalau tidak ikut maka nasibnya bisa lebih buruk dari SBY," tegas dia.
Sementara itu, Salamuddin Daeng, pengamat dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, yang juga menjadi pembicara dalam diskusi tersebut mengatakan bahwa tantangan pemerintahan di 2015 tidaklah ringan. Tantangan kedepan khusus di sektor ekonomi yakni sangat memungkinkan mengalami ketidakpastian.
"Keadaan ekonomi kita ada di posisi bawah krisis, atau sekarat, walau ekonom bilang fundamental cukup baik, komentar tersebut hanyalah untuk menenangkan pasar saja," ujar dia.(ss)