JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Pilpres 2019 telah berlalu dan diakhiri dengan pelantikan DPR RI, pelantikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakilnya KH. Ma’ruf Amin. Kemudian dilanjut dengan pelantikan Kabinet Kerja Indonesia Maju, Rabu (23/10/2019) lalu.
Di Balik Pilpres 2019
Pilpres memang telah berlalu, namun gejolaknya masih menyisakan banyak cerita yang belum terungkap oleh publik. Salah satunya seperti yang dialami oleh Makmuri, seorang pria yang berusia sudah lebih dari 60 tahun.
Namanya tak semakmur hidupnya. Pasalanya, ia harus luntang-lantung karena dipicu masalah sepele, yakni hanya karena perbedaan pilihan politik. Saat Pilpres beberapa bulan lalu, Makmuri dan dua anak perempuannya memilih pasangan Jokowi-Ma’ruf, sedangkan istri dan dua anak laki-lakinya memilih Prabowo-Sandi.
Perbedaan tersebut membuat rumah tangganya hancur berantakan, bahkan saat ini keduanya telah berpisah. Makmuri merupakan warga Desa Randudongkal, Kecamatan Randudongkal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Ketika masa kampanye, ia nekat ke Jakarta untuk bergabung menjadi relawan Kubu 01.
Menyesal
“Saya benar-benar menyesal, Mas, hancur keluarga saya. Saya bercerai dengan istri,”kata Makmuri, seperti dikutip dariAbadikini, Sabtu (26/10/2019).
Ia tak mengerti mengapa diusia senjanya nasibnya seperti itu “Ini semua gara-gara pilpres kemarin, Mas,” tuturnya.
“Saya dan istri tidak akur, juga dengan dua anak laki-laki saya juga tidak akur. Hancur saya,” ujarnya lagi.
Makmuri merasa bahwa dirinya telah menjadi korban Pilpres, “Coba lihat saya jadi begini, tapi yang menikmati hasil pilpres ya orang lain,”katanya dengan tatapannya melihat langit-langit masjid.
“Istri saya itu kader Aisyiah Muhammadiyah di desa saya di Randudongkal, Pemalang. Istri saya memilih Prabowo, saya dan anak dua perempuan saya memilih Pak Jokowi,”sebutnya.
Terdampar di Masjid Golkar
Saat ini, dia terdampar di masjid milik Partai Golkar. Ketika ditanya, mengapa dirinya bisa berada di sana, Makmuri pun mengisahkan.
Bahwasanya sekitar 10 hari menjelang hari pencoblosan, dia yang mengaku sebagai relawan mandiri, mendatangi kantor Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-KH Ma’ruf Amin yang berada di Gedung Proklamasi, Menteng, Jakarta.
Saat itu Makmuri menumpang bus dengan sedikit perbekalan dan sebuah sepeda tuanya. Nah sesampainya di Jakarta, Makmuri mulai menyusuri jalan dan bertanya kanan-kiri di mana kantor TKN. Dan akhirnya Makmuri sampai juga di kantor TKN.
Saat itu, kata Makmuri di kantor TKN banyak kegiatan sehingga dia harus menitipkan sepeda tuanya itu di kantor TKN.”Saya ikut kegiatan kampanye yang dibuat TKN, sepeda saya titipkan,” ucapnya.
Namun, ketika Pilpres telah usai, dan ia ingin mengambil kembali sepedanya, sayangnya sepeda itu sudah tidak ada. Sehingga membuat dirinya bingung karena ingin kembali ke kampung namun tak ada biaya.
“Saya jadi bingung. Semenjak pencoblosan hingga hari ini saya belum kembali ke Pemalang. Saya ndak punya biaya. Saya bingung, keluarga saya acak-acakan, sekarang hidup saya begini. Menyesal saya, mengapa gara-gara pilpres hidup saya jadi begini,”tuturnya.
Makmuri juga sudah membuat laporan surat kehilangan sepedanya ke Polsek Menteng.
“Sekarang saya luntang lantung di Jakarta hingga sampai ke sini, gak ada satupun yang mau peduli,”lirihnya.
Makmuri yang tanggal dan bulan lahirnya sama dengan Presiden RI ke VI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Saya lahir tanggal 9 September 1957. Pak SBY juga tanggal 9 September hanya tahun saja yang berbeda.Saya dan Pak SBY berpisah dengan istri. Tapi Pak SBY berpisah dengan istrinya Ibu Ani yang telah meninggal dunia penuh dengan rasa cinta, tapi saya berpisah dengan istri bercerai dengan rasa perbedaan yang tajam gara-gara pilpres, saya menyesal,”ujar Makmuri menutup kisahnya. (Alf)