JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Investigasi Internasional Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) denganmajalah Tempomenemukan pelabelan palsu alat rapid test merek Biozek dari Belanda. Alat tes cepat yang telah diproduksi dan disebarluaskan ke berbagai negara ini diklaim sebagai produksi Eropa. Namunbelakangan terbongkar bahwa alat itu diproduksi di Cina.
Parahnya, Biozek diakui sebagai alat tes cepat yang berkualitas dengan akurasi deteksi virus di atas 90 persen. Namun laporan dari OCCRP menunjukkan hal yang sebaliknya.
Temuan ini menjadi petunjuk kuat akan adanya mafia alat kesehatan di tingkat global dan nasional seperti yang diungkap oleh Menteri BUMN Erick Thohir pada April lalu. Hiopotesanya berpijak dari banyaknya obat-obatan dan alat kesehatan yang diimpor dari luar negeri. Hal ini menurut Erick menjadi ladang bagi para mafia untuk mencoleng keuntungan di tengah kesusahan akibat pandemi korona.
Staf khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, mengatakan pihaknya akan menindaklanjuti laporan tersebut. "Pak Erick sudah menugaskan Deputi Hukum untuk menindaklanjuti, mana tahu ada temuan," kata Arya saat dikonfirmasi, Ahad (10/5/2020).
Arya menegaskan pihaknya tidak akan ragu menindak para pelanggar yang memanfaatkan kondisi pandemi untuk mengeruk keuntungan bagi sebagian kelompok. "Tapi kita akan cek lebih lanjut. Kalau ada laporan seperti itu ya akan kita tindak lanjuti, kita cek apakah ada pelanggaran. Kalau ada pelanggaran, kita nggak akan ragu-ragu melakukan penindakan," katanya.
TEROPONG JUGA:
>Mafia Alkes Terungkap, Rapid Test Merek Biozek Ternyata Buatan Cina dengan Kualitas Buruk
Sejauh ini, tes Covid-19 yang paling banyak dilakukan masih memakai rapid test. Alasannya, karena metode ini lebih simpel dan tidak membutuhkan waktu lama. Begitu dilakukan test, hasilnya langsung diketahui. Namun, anggota Komisi Kesehatan (Komisi IX) DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, meminta untuk menindaklanjuti laporan ketidakakuratan rapid test merek Biozek yang kadung tersebar di Indonesia itu.
Saleh mengatakan, rapid test yang sudah tersebar ke seluruh Indonesia harus dipantau. Dengan begitu, tes-tes yang dilakukan benar-benar mendapatkan hasil yang sesungguhnya.
"Pengecekan dimaksudkan untuk dua tujuan. Pertama, untuk memastikan bahwa rapid test Biozek memiliki akurasi yang benar. Kedua, memastikan bahwa tidak ada persaingan dagang di dalam isu ini. Hal ini sangat penting untuk mendudukkan persoalan secara adil," ujar Saleh.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, tak menampik soal lemahnya rapid test digunakan sebagai sarana mendeteksi virus. Bahkan, ia mengatakan, organisasi kesehatan dunia (WHO) sendiri tak merekomendasikan rapid test dipakai untuk mengelola pencegahan Covid-19. "Kalau hanya screening saja silahkan di pakai, tetapi tidak untuk diagnosa," katanya saat dikonfirmasi terpisah.
Sebelumnya,ketua umum Pusat Informasi dan Jaringan Aksi Reformasi (PIJAR) 98, Sulaiman Haikal, mengatakanmampir semua alat rapid test Covid-19 yang diimpor oleh perusahaan farmasi milik BUMN Kimia Farma adalah buatan Cina yang mempunyai kualitas buruk. Hal itu ia sampaikan sebagai repons terhadap temuan investigasi OCCRP mengenai pelabelan palsu rapid test Biozek.
"Ketika akurasi hanya mengenai status positif Covid-19, tentu tidak terlalu riskan. Yang membahayakan adalah hasil test false negative atau negatif palsu, sangat berbahaya bagi peserta test dan keluarganya karena mereka tidak lagi awas dengan Covid-19. Tercatat merek-merek Biozek dan VivaDiag sebagaimana laporan OCCRP-Tempo," kata Sulaiman dalam keterangan, hari ini.