JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Jawa Timur menyumbang angka kematian pasien covid-19 terbanyak di Indonesia. Salah satu faktor penyebab tingginya kematian adalah akibat keterbatasannya ventilator di RS.
Jumlah ventilator yang ada tak mencukupi peningkatan jumlah pasien yang membutuhkan. "Jadi salah satu faktor penyebab kematian tinggi di RS ialah ventilator yang terbatas. Biasanya pasien yang memakai ventilator pasti diawali dengan gejala awal gagal nafas," kata Direktur RSIS Ahmad Yani, dr. Ahmad Arifin. Ia menjelaskan, menurut data yang dihimpun di beberapa RS, dilaporkan 82 persen pasien yang memakai ventilator meninggal karena keterlambatan penggunaan ventilator. Sebab banyak pasien dibawa ke RS dengan kondisi gagal nafas. "Terlebih jika pasien memiliki komorbid, seperti diabet, hipertensi, obesitas dan lainnya. Maka, komorbid itu harus diobati dengan serius," katanya.
Selain ventilator, kendala lainnya adalah monitor untuk mengecek pernapasan. Ia mengatakan, minimal jika sudah punya monitor, maka lebih mudah untuk mendeteksi pasien.
Kolaborasi yang dimaksud artinya pemetaan antar RS, mana saja yang memiliki ventilator kosong, sehingga pasien dengan kondisi berat bisa dirujuk. "Bila demikian sistem rujukan bisa berjalan dengan baik, sehingga sistem rujukan bisa lebih lancar dan tidak ada keterlambatan menangani pasien," katanya.
Jika mapping kerja sama antar-RS ini bisa dijalankan pasien bisa tertolong dengan cepat.
Ia memaparkan, saat ini dibutuhkan peningkatan Early Warning System (EWS) atau sebagai rangkaian sistem komunikasi informasi yang dimulai dari deteksi awal, dan pengambilan keputusan selanjutnya harus kuat. Jika terlambat ditangani, pasien tidak dapat tertolong.
"Deteksi dini penting dilakukan agar tidak jatuh dalam gagal nafas. Karena kalau sudah gagal napas pasti butuh ventilator dan ventilator terbatas. Kalau gagal nafas, antre pakai ventilator, dan karena keterlambatan itu membuat pasien meninggal," ujarnya.