Berita
Oleh Alfin Pulungan pada hari Senin, 31 Agu 2020 - 11:35:49 WIB
Bagikan Berita ini :

Kekerasan Dipicu Hoaks, Bukti Tergerusnya Budaya Kritis Bangsa

tscom_news_photo_1598848528.jpeg
Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Markas Polisi Sektor (Mapolsek) Ciracas, Jakarta Timur diserang sekitar 100 orang tak dikenal pada Sabtu (29/8/2020) dini hari. Penyerangan itu mengakibatkan kerusakan pada bangunan Mapolsek, serta sejumlah kendaraan pribadi dan oprasional Polsek Ciracas dibakar dan dirusak oleh para penyerang.

Belakangan diketahui serangan itu disebabkan oleh hoaks (berita bohong) yang disebarkan salah satu oknum anggota TNI.

Seorang oknum anggota TNI berpangkat prajurit dua (prada) berinitial MI mengalami kecelakaan tunggal. Namun dia mengaku dikeroyok, inilah yang memicu penyerangan terhadap Mapolsek Ciracas.

Seperti yang sering disuarakan oleh sejumlah tokoh nasional, hoaks merupakan salah satu musuh terbesar yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia pada era-digitalisasi dan pesatnya perkembangan industri 4.0.

Merespon hoaks yang disebarkan oleh Prada MI yang memicu penyerangan Sabtu dini hari itu, Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo mengatakan hoaks bisa dengan mudah diterima sebagai kebenaran oleh masyarakat karena tergerusnya budaya kritis.

“Budaya kritis dalam masyarkat kita mulai tergerus, ini membuat mereka dengan mudah menerima atau hoaks sebagai suatu kebenaran, dan pada akhirnya hoaks yang diterima itu beberapa kali berujung pada tindakan kekerasan, seperti yang terjadi pada Sabtu dini hari kemarin di Polsek Ciracas,” kata Benny kepada wartawan, Ahad (30/8/2020).

Lebih lanjut Rohaniwan yang juga memiliki keahlian dalam bidang ilmu komunikasi itu berpendapat perlunya membangun kembali budaya dan pendidikan kritis yang saat ini mulai tergerus.

“pendidikan kritis melahirkan sikap dan cara berpikir yang tidak mudah dimanipulasi oleh pihak-pihak yang menggunakan propaganda sebagai alat untuk mengaduk emosi publik lewat ujaran kebencian dan isu-isu tertentu yang biasanya terkait dengan SARA,” ujarnya.

Benny juga menegaskan pentingnya pendidikan literasi media dalam era digital, agar nantinya dalam merespons pemberitaan masyarakat tidak mudah terkecoh, emosional, dan terjebak pada solidaritas semu untuk melakukan tindakan-tindakan kekerasan serta negatif lainnya.

“Kecerdasan masyarakat dalam menggunakan media sosial atau mencari informasi melalui media siber bisa dibangun lewat sebuah kesadaran kritis, melalui pendidikan literasi media juga membangun kesadaran kritis mereka, dengan itu mereka lebih mampu dalam memilih berita dan content yang memiliki sumber akurat,” jelas Benny.

Menurutnya, kesadaran berpikir kritis harus menjadi cara berpikir, bertindak dan berelasi sesama anak bangsa. Jika itu diterapkan, mereka tidak mudah tersulut emosi karena pemberitaan atau informasi yang belum jelas kebenarannya.

“Budaya kekerasan harus segera dihentikan, karena bertentangan dengan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, karena siapa mencintai Tuhan, dia pastilah mencintai sesama manusia," pungkasnya.

tag: #hoaks  #pancasila  #bpip  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement