Oleh Choirul Aminuddin pada hari Selasa, 28 Nov 2023 - 09:33:51 WIB
Bagikan Berita ini :

Gencatan Senjata Diperpanjang, Kemenangan Moral Hamas

tscom_news_photo_1701138831.jpg
Tank pasukan israel (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --KECAMUK perang Hamas melawan Israel, untuk sementara, berhenti sejenak setelah kedua pihak sepakat teken perjanjian gencatan senjata selama empat hari plus dua hari, terhitung sejak Jumat pekan lalu.

Salah satu butir isi perjanjian itu adalah melepas sandera yang ditahan. Hamas akan membebaskan 50 sandera yang terdiri dari kaum wanita dan anak-anak. Adapun Israel melepaskan 150 anak dan perempuan.

Hamas adalah otoritas politik yang berjuang membebaskan tanah Palestina dari pendudukan Israel bermarkas di Jalur Gaza. Untuk kepentingan itu, Hamas membentuk sayap militer bernama Brigade Al Qassam.

Kelompok bersenjata ini tidak diketahui jumlahnya, ada yang menyebut 5000 jihadis, bahkan hingga ratusan ribu.

Buat saya, tidak terlalu penting berapa jumlah mereka. Namun, dari perkembangan perang yang saya ikuti, Brigade Al Qassam telah memperlihatkan sebagai pasukan gerilya yang sangat tangguh.

Bayangkan, pada perang ini, Israel mengerahkan seluruh kekuatan darat, laut dan udara dengan peralatan supermodern. Negeri itu juga melindungi wilayahnya dengan Iron Dome. Perisai langit ini diyakini oleh Israel dapat mencegah serangan roket Hamas yang diluncurkan dari Gaza.

Namun apa yang terjadi? Pertahanan itu jebol oleh senjata rakitan Hamas yang dioperasikan Brigade Al Qassam.

Israel tak sanggup mengadapi kehebatan perang gerilya Hamas. Kedigdayaan Hamas itu juga diakui oleh sejumlah elit militer Israel yang tak bersedia disebutkan identitasnya kepada wartawan di Tel Aviv.

Kini, Israel mulai resah karena perang melawan Hamas yang pecah sejak 7 Oktober 2023 berdampak pada persoalan ekonomi dan politik.

Keresahan itu ditandai dengan kesediaan Israel menandatangani isi perjanjian gencatan senjata yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir.

Sebelumnya, Amerika Serikat selaku patron Israel, menentang langkah menuju gencatan senjata. Presiden Joe Bidden berdalih bahwa gencatan senjata dapat memberikan kesempatan kepada Hamas melakukan konsolidasi.

Tetapi setelah melihat perkembangan perang, Israel mulai keteter. Israel juga mendapatkan tekanan keras dari dalam negeri maupun dunia ternasional. Oleh sebab itu, negeri zionis tersebut mau tidak mau bersedia berhenti berperang.

Tekanan dari dalam negeri itu tidak hanya dari partai oposisi di parlemen, melainkan juga dari keluarga korban sandera. Kelompok oposisi mengritik keras agar Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak bersikap angkuh berhadapan dengan Hamas.

Selanjutnya, apa yang terjadi? Netanyahu siap berunding kembali dengan Hamas untuk memperpanjang masa gencatan senjata. Semula, langkah damai sementara itu berakhir pada Selasa, 28 November 2023. Tetapi setelah melihat perkembangan, Israel bersedia berhenti perang dua hari lagi.

Inilah yang saya maksudkan bahwa Hamas menang moral atas Israel setelah berhasil memaksa Nentanyahu tunduk pada tekanan dari dalam dan luar negeri, termasuk akibat serbuan militer Brigade Al Qassam.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

Fenomena Tindak Kekerasan Terhadap Insan Pers Semakin Meresahkan

Oleh Jacob Ereste
pada hari Rabu, 24 Jul 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Tindak kekerasan terhadap wartawan tampaknya semakin brutal dilakukan oleh oknum-oknum tertentu yang mungkin merasa sangat terganggu oleh fungsi kontrol yang dilakukan ...
Opini

Antara Jokowi dan Erdogan, dari Visi Mulia hingga Ambisi Berkuasa

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Jokowi yang pertama kali terpilih sebagai Presiden Indonesia pada 2014 dan kembali terpilih pada 2019, juga datang dengan janji untuk memperbaiki infrastruktur, ...