Oleh Fath pada hari Sabtu, 20 Apr 2024 - 21:10:08 WIB
Bagikan Berita ini :

Produksi Minyak Nasional Terus Turun, Komisi VII DPR Minta Evaluasi menyeluruh SKK Migas

tscom_news_photo_1713622208.jpg
Mukhtarudin Anggota komisi VII DPR RI dari fraksi partai Golkar (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-- Anggota Komisi VII DPR RI Mukhtarudin menilai kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto kinerjanya tidak bagus, kinerja hulu migas tidak menunjukkan perkembangan kenajuan dan kecenderungannya terus menurun.

Pasalnya, menurut Mukhtarudin, produksi minyak di Indonesia hingga saat ini terus menurun, bahkan terendah sejak 56 tahun.

Di mana, lanjut Mukhtarudin, secara sampai dengan 15 April 2024, produksi minyak di Indonesia, hanya mencapai 576.000 barel per hari.

"Ya saya kira, akibat kinerja buruk SKK Migas ini membuat Indonesia semakin besar bergantung pada impor BBM dari luar negeri. Kinerja hulu migas yang tidak maksimal, terget lifting tidak tercapai, harga miyak mentah dunia naik, dolar naik, akibatnya bisa krisis energi dan beban APBN kita semakin berat”, tegas Mukharudin, Sabtu 20 April 2024.

Politisi Golkar Dapil Kalimantan Tengah ini menyampaikan demikian menyusul laporan anjloknya pengangkatan (lifting) minyak nasional di tengah ancaman kenaikan harga minyak dunia akibat konflik Timur-tengah yang semakin eskalatif pasca serangan Iran ke Israel pekan lalu.

Mukharudin mengaku sudah lebih dari 5 tahun, lifting minyak nasional terus merosot dari tahun ke tahun. Kalau mengacu dengan target lifting minyak tahun 2020 sebesar 755 ribu barel per hari.

"Angka ini terus turun selama lima tahun terakhir menjadi sebesar 635 ribu barel per hari pada tahun 2024," imbuh Mukhtarudin.

Sementara realisasi tahunannya pun tidak mencapai seratus persen. Laporan lifting minyak tahun 2024 terhitung sampai tanggal 15 April adalah sebesar 576 ribu barel per hari atau hanya 90 persen dari target lifting tahun 2024.

Untuk itu, Mukhtarudin mendesak agar Kepala SKK Migas dievaluasi, karena tidak mampu dalam mengelola dan meningkatkan kinerja hulu migas untuk mencapai target pengangkatan (lifting) minyak nasional dan pesimis target lifting minyak 1 juta barel pada tahun 2030 bisa tercapai.

"Ya segera dievaluasi menyeluruh saja SKK Migas ini. Karena pencapaian target lifting minyak terus menurun," pungkas Mukhtarudin.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
HUT RI 79 - SOKSI
advertisement
HUT RI 79 - ADIES KADIR
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement