PEKANBARU (TEROPONGSENAYAN)--Anggota Tim Kunspek Komisi III DPR Marsiaman Saragih menilai, mungkin saja para napi di Rutan Sialang Bungkuk Pekanbaru yang melarikan diri secara massal sudah direncanakan sebelumnya.
“Pasalnya saat kejadian itu bertepatan dengan waktu shalat Jumat. Memang para napi yang menjalankan shalat Jumat mendapatkan kelonggaran keluar blok melakukan ibadah. Di situlah mereka mengambil kesempatan untuk melarikan diri,” ujarnya kepada pers usai mengikuti kunspek Selasa (16/5/2017).
Lebih lanjut politisi PDI Perjuangan ini menuturkan, setelah berdialog dengan para napi pada umumnya mereka menyatakan karena ketidakpuasan dalam pelayanan di rutan, fasilitas kurang memadai, dan juga ada beberapa narapidana yang merasakan pemerasan (pungli) oleh petugas rutan. Selain itu, harga-harga kantin disana pun sangat berbeda dengan di luar dan cukup mahal
“Mungkin emosi mereka sedang memuncak pada saat kejadian. Mereka juga sudah mengamati kapan mereka akan bergerak. Kebetulan pada saat itu saya sedang berada di dapil dalam rangka reses dan setelah mendengar kabar tersebut saya langsung bergerak ke tempat kejadian pada Jumat (5/5/2017), Rutan kelas IIB Sialang Bungkuk sudah melebihi kapasitas yang normalnya 561 orang namun diisi 1.870 orang,” terang politisi dari Dapil Riau II tersebut.
Dia juga menilai bahwa kapasitas yang ada sudah tidak manusiawi, dari 3 blok yang ada di sana hanya ada 2 sumur bor. Belum lagi sirkulasi udara, tidur dan kegiatan MCK yang pastinya tidak terkontrol dengan baik.
“Sumur bor ini disedot dan di tampung di toren setelah itu baru dialirkan, untuk mandinya sendiri mereka bergantian dengan yang lain. Jika napi yang dapat jatah giliran mandi pagi terakhir mungkin saja kebagian siang, itu pun jika masih ada air,” ungkapnya
Marsiaman juga melihat bahwa masih ada petugas sipir yang melakukan kegiatan pungli, kalau ada tahanan baru yang masih menunggu putusan ia masuk lebih dahulu ke sel-sel yang ada disitu sebelum putusan selesai. Di sini pun para tahanan yang baru akan mendapatkan perlakuan yang sangat tidak manusiawi, dmana napi yang berduit akan di tempatkan di sel yang layak.
Atas kasus ini, dia mendesak Pemda harus turut turun tangan melihat bagaimana kondisi disana, kalau memang perlu dipindahkan ke lokasi yang lebih baik. Ia menyimpulkan bahwa memang masalah utamanya terkait fasilitas dan pungli yang membuat para napi marah.
“Walau bagaimanapun, SOP di setiap rutan atau lapas pasti ada, tidak bisa napi yang mengeluarkan peraturan. Saya berharap agar ke depan bisa lebih baik lagi, jangan sampai timbul lagi kasus serupa. Rutan atau lapas harus segera diperbaiki dan dtertibkan," tutup Marsiaman.(dia)