JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -Banyak masyarakat bertanya mengapa harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia tidak turun, padahal harga minyak dunia melorot jauh.
PT Pertamina (Persero) menyatakan masih belum bisa menurunkan BBM dengan berbagai pertimbangan. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkap Pertamina tidak bisa mengubah harga semaunya.
Menurut Nicke, untuk menurunkan harga BBM bukan tugas yang mudah bagi perseroan. Sebab, sebagai perusahaan plat merah, Pertamina tidak bisa asal naik atau turunkan harga BBM seenaknya."Jadi, kalau satu hal kalau kita sebagai trading company, memang mudah sekali ketika harga BBM yang kita beli murah, maka kita langsung bisa kita jual," ucapnya
Di sisi lain, Pertamina juga harus memperhatikan biaya operasional dari perseroan karena harus tetap melakukan pengeboran. Sebab, perseroan tidak bisa menghentikan pengeboran meskipun harga minyak sedang jatuh.
"Terus terang saja, biaya produksinya itu lebih tinggi dibandingkan harga crude hari ini. Kalau dalam kondisi ini, maka sebetulnya secara HPP, kita impor crude harganya 25% karena kita prioritaskan crude dalam negeri," jelasnya.
Ia mencontohkan, pada pertengahan hingga akhir Maret lalu Pertamina membeli crude US$24 per barel, tapi untuk harga produk gasoline sudah di level US$22,5 per barel.
"Jadi kalau di kondisi ini, lebih baik kita tutup semua kilang kan. Tapi faktanya kita tidak boleh seperti itu," kata Nicke.
"Sekarang BBM impor lebih murah. Kalau lihat harga (minyak) kaya gini, mending kami tutup semua kilang. Tapi tidak bisa seperti ini," ujarnya dalam RDP dengan Komisi VII DPR, Selasa (21/4).
Nicke menambahkan sebagai perusahaan BUMN, pihaknya tidak bisa menurunkan harga BBM dan menutup kilang walau harga minyak turun. Pasalnya di tengah masalah tersebut, perusahaan tetap harus membayar gaji karyawan.
Nicke menuturkan secara hulu, Pertamina tidak mungkin menyesuaikan operating expenditure (Opex) dan capital expenditure(Capex) sesuai harga crude hari ini. Hal itu, karena biaya produksi lebih tinggi dibanding harga crude.
Pasalnya, harga produksi minyak di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan harga minyak. "Kami masih diskusi dengan ESDM, bagaimana bisa menyerap dan relaksasi harga," katanya. .
Perlu diketahui, harga minyak mentah anjlok karena pasokannya berlebih dan para produsen kehabisan tempat untuk menampung. Sejalan dengan itu, permintaan juga nyaris nihil karena kebijakan social distancing membuat sepertiga populasi dunia berdiam diri di rumah masing-masing.
Produksi minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat untuk pengiriman Mei bahkan anjlok hingga minus US$37,63 per barel. Ini merupakan kejatuhan terbesar sepanjang sejarah sejak 1983
Saat ini, harga WTI kontrak Mei berada pada level negatif, sempat minus 37 dolar AS per barel, sehingga produsen harus segera menyerahkan stok kepada konsumen karena faktor penyimpanan terbatas.