Oleh Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin) pada hari Minggu, 22 Agu 2021 - 22:08:16 WIB
Bagikan Berita ini :

Bisakah Afghanistan yang Tak Punya Pantai Menjadi Negara Maritim?

tscom_news_photo_1629644896.jpg
Denah transportasi menuju laut (Sumber foto : ist)

Afghanistan itu dari sisi geografis adalah negeri yang dikelilingi oleh daratan atau landlocked bahasa Inggrisnya. Tidak ada pantai atau laut yang menghampirinya. Menurut data, selain Afganistan saat ini ada 44 negara yang digolongkan ke dalam kategori dimaksud. Dengan kondisinya yang seperti itu, muncul berita di berbagai media yang memprediksi bahwa pola pelayaran (shipping pattern) dunia, khususnya di Asia Tengah, akan mengalami perubahan yang cukup signifikan dengan hadirnya negara tersebut dalam kancah kemaritiman mondial.

Bijimane bisa sebuah negara yang tidak memiliki laut - dan dengan sendirinya tidak memiliki armada serta pelabuhan - bisa mengubah shipping pattern? Mengacu kepada United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982, Afghanistan, begitu pula negara-negara dengan ciri yang sama dengannya, dapat menjadi pelaku dalam ranah kemaritiman dan memanfaatkan potensi laut yang ada. Hak pemanfaatan ini derajatnya setara dengan negara yang memiliki laut. Jadi, bisa saja Afghanistan ikut mewarnai dunia kemaritiman. Sila lihat Artikel 125 peraturan tersebut.

Afghanistan akan menjadi kekuatan maritim dimulai di Chabahar, pelabuhan Iran yang lokasinya dekat dengan Afganistan. Menyitir UNCLOS lagi, negara-negara landlocked bisa berkiprah dalam bidang kemaritiman melalui tetangganya yang memiliki laut dan si tetangga ini harus memberikan akses kepada negara yang yang berlaut tadi. Pada aspek inilah dunia kemaritiman itu cool banget. Atau, karena Afghanistan juga bertetangga dengan Pakistan, mereka bisa memanfaatkan pelabuhan Gwadar. Terserah Afghanistan memilih yang mana.

Sebenarnya Afghanistan sudah cukup lama terlibat dalam pemanfaatan pelabuhan Chabahar. Ini dilakukannya bersama dengan Iran dan India yang sudah terlebih dahulu mengembangkan pelabuhan ini. Sementara dengan pelabuhan Gwadar, salah satu proyek kunci Negara Tirai Bambu itu dalam megaproyek Belt and Road Initiative (BRI), Afghanistan belum terlibat sama sekali. Kendati demikian, banyak pihak yang meramalkan bahwa Afghanistan sepertinya akan memilih Gwadar sebagai pintu masuknya ke dunia maritim. Kita lihat saja ke depannya.

Baik Iran, India dan China sudah mengisyaratkan dukungan atas pemerintahan yang akan dibentuk oleh Taliban. Ketiga negara itu juga siap bekerja sama di segala bidang termasuk bidang kemaritiman (pelabuhan dan pelayaran). Apa sih yang Afghanistan miliki sehingga ia menjadi rebutan? Yang jelas bukan produk atau komoditas karena nenek-nenek juga tahu negeri ini hampir tanpa itu semua. Yang dimiliki Afghanistan adalah lokasinya yang amat strategis, yaitu di persimpangan rute perdagangan legendaris Jalur Sutra.

Dengan modal posisinya Afghanistan akan bisa meminta pelayaran dunia sandar di pelabuhan Chabahar atau Gwadar untuk mengangkut barang/komoditas yang dihimpun dari pemilik barang seantero Asia Tengah yang luas. Inilah yang dimaksud “merubah shipping pattern” itu.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #afghanistan  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

Fenomena Tindak Kekerasan Terhadap Insan Pers Semakin Meresahkan

Oleh Jacob Ereste
pada hari Rabu, 24 Jul 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Tindak kekerasan terhadap wartawan tampaknya semakin brutal dilakukan oleh oknum-oknum tertentu yang mungkin merasa sangat terganggu oleh fungsi kontrol yang dilakukan ...
Opini

Antara Jokowi dan Erdogan, dari Visi Mulia hingga Ambisi Berkuasa

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Jokowi yang pertama kali terpilih sebagai Presiden Indonesia pada 2014 dan kembali terpilih pada 2019, juga datang dengan janji untuk memperbaiki infrastruktur, ...