JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Tiga ulama siap berkompetisi menjadi ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada muktamar NU di Jombang, 1-5 Agustus 2015 mendatang. Mereka adalah KH. Salahuddin Wahid atau Gus Solah (pengasuh pesantren Tebuireng, Jombang), KH. As'ad Ali (wakil ketua umum PBNU, deputi Kepala BIN), dan incumben KH. Said Aqil Siradj.
KH. Hafidz Taftazani, wakil ketua umum Asosiasi Bina Haji dan Umroh Nahdlatul Ulama (ASHIBU NU) mengatakan, sebagai organisasi kebangkitan ulama, NU memerlukan figur pucuk pimpinan yang memiliki keunggulan secara keilmuan dibandingkan yang lainnya.
"Dari sudut ini saya kira Kyai Said Aqil Siradj merupakan figur yang paling tepat untuk melanjutkan kepemimpinannya di PBNU," ujar Hafidz yang dihubungi TeropongSenayan, Kamis (30/7/2015).
Hafidz dan para tokoh NU lainnya saat ini tengah berada di Jombang, Jawa Timur untuk mengikuti muktamar yang akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo, Sabtu (1/8/2015) mendatang.
Ia menambahkan, keunggulan keilmuan Kyai Said Aqil Siradj dibuktikan dengan gelar akademik yang dimilikinya yaitu doktor ilmu keislaman dari universitas ternama di Arab Saudi. Selain itu, Kyai Said Aqil juga seorang profesor atau guru besar.
"Kadar keilmuan yang ia (Said Aqil) miliki tercermin dari cara beliau menyampaikan pendapat dan gagasan berkaitan dengan masalah keagamaan. Misalnya, cara beliau memberi komentar terhadap kontroversi pembacaan Al-Qur'an langgam Jawa yang sangat menyejukkan," paparnya.
Hafidz mengklaim ada sejumlah prestasi yang dicapai Said Aqil Siradj selama lima tahun memimpin PBNU. Prestasi itu, lanjutnya, antara lain makin luasnya jaringan kerjasama PBNU dan banyaknya universitas NU yang sudah didirikan.
"Saya tidak ingin berkampanye, tapi kalau NU ingin terus maju dan sesuai khittah-nya sebagai organisasi kebangkitan ulama, sosok Kyai Said Aqil Siradj masih sangat diperlukan," pungkas Hafidz yang juga pimpinan Pesantren Darul Ulum, Cilacap, Jawa Tengah ini.(yn)