SURABAYA (TEROPONGSENAYAN) - KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah menolak masuk dalam kepengurusan Yayasan Peduli Pesantren (YPP) yang didirikan Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo.
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur itu memilih menolak karena tidak ingin masuk dalam kepentingan politik tertentu.
Gus Sholah menuturkan, tidak seharusnya Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masuk dalam politik praktis, posisi NU itu di atas seluruh partai, bukan pada partai tertentu apalagi sampai terlibat dalam kepentingan politik, sehingga sangat wajar para kyai mendesak adanya evaluasi struktur PBNU.
"Saya sudah kirim surat ke Syafril Nasution, orang dekat Hari Tanoe, Wakil Ketua YPP. Saya nyatakan tidak bersedia duduk di dalam yayasan pada posisi apapun," kata Gus Sholah di Surabaya, Jumat (9/12/2016)
Gus Sholah mengaku hadir dalam peluncuran program tersebut beberapa hari setelahnya di Jakarta.
Nama Gus Sholah muncul sebagai Ketua Dewan Pengawas Yayasan Peduli Pesantren (YPP). Hal itu memicu kritik di media sosial, protes juga dari kalangan ulama dan kyai Nahdatul Ulama (NU).
"Bahkan ada yang bernada kasar," kata adik Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid tersebut.
Gus Sholah menyampaikan terima kasih kepada segenap warga, khususnya kiai dan ulama NU, atas masukan yang ditujukan kepadanya.
"Tapi saya tetap menghargai kegiatan apa pun yang berorientasi membantu pesantren," jelasnya.
Selain Gus Sholah, sejumlah nama tokoh NU juga tercatat di struktur tersebut, seperti Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj sebagai Ketua Dewan Pembina. Adapun Hari Tanoesoedibjo menjadi Ketua Umum YPP.
Yayasan tersebut dibentuk untuk membantu pengembangan pesantren di seluruh Indonesia.
Dana sebesar Rp 500 miliar disiapkan untuk segera disalurkan ke pesantren-pesantren yang membutuhkan.(yn)