JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Boleh dibilang Google Chrome dianggap sebagai browser paling populer di kalangan pengguna internet. Penggunanya mencapai 32 juta unduhan. Namun tahukah, berdasarkan penelitian Awake Security, orang-orang yang membuka surat elektronik (e-mail) atau informasi sensitif lainnya melalui browser, rentan dicuri datanya.
Google pun, seperti dikutip dari reuters.com (18/6/2020) mengakui dengan mengatakan bahwa pihaknya telah menghapus lebih dari 70 add-ons berbahaya dari Toko Web Chrome resminya, setelah pihak peneliti memberikan informasi tersebut kepada Google.
"Ketika kami diberitahu tentang ekstensi di Web Store yang melanggar kebijakan kami, kami mengambil tindakan dan menggunakan insiden tersebut sebagai materi pelatihan untuk meningkatkan analisis manual dan otomatis kami," kata juru bicara Google Scott Westover.
Menurut kepala ilmuwan Awake, Gary Golomb, berdasarkan jumlah unduhan, iklan diwebstore yang paling banyak dicuri.
Mereka bisa melakukannya lantaran sebagian besar ekstensi gratis dimaksudkan untuk memperingatkan pengguna tentang situs web yang dipertanyakan atau mengonversi file dari satu format ke format lainnya.
Sebagai gantinya, mereka menyedot riwayat penelusuran dan data yang memberikan kredensial untuk akses ke alat bisnis internal.
“Ekstensi itu dirancang untuk menghindari deteksi oleh perusahaan antivirus atau perangkat lunak keamanan yang mengevaluasi reputasi domain web,” ujar Colomb.
Google menolak untuk membahas bagaimana spyware terbaru tersebut.
Tidak jelas siapa yang berada di belakang upaya untuk mendistribusikan malware. Sedarlah kata pengembang memberikan informasi kontak palsu ketika mereka mengirimkan ekstensi ke Google.
"Apa pun yang membuat Anda masuk ke browser seseorang atau email atau area sensitif lainnya akan menjadi target spionase nasional serta kejahatan terorganisir," kata mantan insinyur Badan Keamanan Nasional Ben Johnson, yang mendirikan perusahaan keamanan Carbon Black dan Obsidian Security.