JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Berdasarkan data dari Indonesia National Plastic Action Partnership, yang dirilis April 2020, setiap tahun Indonesia menghasilkan 6,8 juta ton sampah plastik. Sebanyak 9 persen, atau sekitar 620 ribu ton masuk ke sungai, danau dan laut.
Indonesia juga disebut sebagai negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China. Untuk itu, pemerintah Indonesia telah menetapkan target strategis untuk mengurangi jumlah sampah plastik yang masuk ke lautan sebesar 70 persen di tahun 2025.
Salah satu cara mencapai target tersebut adalah dengan membangun pendekatan ekonomi sirkular, yang mampu mengurangi jumlah sampah plastik dengan menggunakannya kembali maupun mendaur ulang plastik paska konsumsi, untuk menjadi bahan baku untuk dibuat produk baru.
Ekonomi sirkular tidak hanya dapat menjadi solusi bagi permasalahan sampah di Indonesia, namun juga memberikan mata pencaharian bagi mereka yang menjadi bagian dari rantai nilai daur ulang, yang saat ini mencapai lebih dari 5 juta orang di Indonesia.
Untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia sekaligus memperingati dua tahun peluncuran gerakan #BijakBerplastik, Danone-Aqua mengingatkan masyarakat dan pemangku kepentingan soal pentingnya menjalin kolaborasi lintas sektor untuk mendorong inovasi dalam mengembangkan ekonomi sirkular di Indonesia, sebagai salah satu solusi pengelolaan sampah plastiknya.
Hal ini mengemuka dalam sesi webinar “Bangkit dari Pandemi: Mendorong Ekonomi Sirkular untuk Masyarakat dan Bumi yang Lebih sehat”, Jakarta, Jumat (19/6/2020).
Pada kesempatan tersebut, Direktur Sustainable Development Danone Indonesia, Karyanto Wibowo, menjelaskan, beberapa waktu lalu, Danone-Aqua meluncurkan gerakan #BijakBerplastik yang fokus kepada tiga komitmen untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia, yaitu pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah, edukasi konsumen terkait pengelolaan sampah, dan inovasi kemasan produk.
Danone-Aqua menargetkan pada 2025, dapat mengumpulkan lebih banyak plastik daripada yang digunakan, mengedukasi 100 juta konsumen, memastikan 100 persen kemasan minuman dapat digunakan ulang untuk kompos, dan meningkatkan kandungan material daur ulang dalam botol menjadi 50 persen.
“Untuk mencapai target-target tersebut, saat ini kami telah melakukan berbagai inisiatif, diantaranya membangun Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) bersama Pemerintah Kabupaten Lamongan, menyusun modul pembelajaran Sampahku Tanggung Jawabku untuk anak SD dan buku cerita untuk TK, serta terus melakukan riset dan uji coba untuk inovasi kemasan yang lebih ramah lingkungan," ujarnya.
.