JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Kemarahan Presiden Joko Widodo saat rapat kabinet pada 18 Juni lalu diharapkan bukanlah sebuah drama untuk mengalihkan perhatian dari persoalan lain.
Pengamat politik Satyo Purwanto mengatakan ada kejanggalan mengenai video marah-marah Presiden Jokowi ke Menterinya baru dipublikasikan 10 hari kemudian.
"Ada yang aneh mengapa dokumentasi hampir 2 pekan yang lalu baru di publish saat ini. Semoga marah-marahnya benar bukan "drama" untuk mengalihkan dari persoalan lain," kata Satyo melalui keteranganya, Rabu (01/07/2020).
Satyo yang juga mantan Sekjen Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDEM) ini menilai bahwa sejak kasus pertama pandemi corona diumumkan, sebenarnya sudah cukup bagi Jokowi untuk mengevaluasi semua kementerian dan lembaga.
Bahwa ada yang bekerja serius, tapi tidak sedikit yang biasa-biasa saja dalam menghadapi penyebaran wabah pandemi corona.
Bahkan lebih parahnya ada yang menggunakan musibah pandemi corona sebagai alat terselubung untuk melakukan kepentinganya.
"Banyak sekali menteri yang tidak perform bahkan ada yang "aji mumpung" menggarap proyek dampak wabah corona, Bahkan ada yang kampanye terselubung, bagi-bagi sembako dan sebagainya," pungkasnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi membuka opsi melakukan reshuffle kabinet agar pemerintah bisa optimal menghadapi dampak pandemi virus corona. Opsi tersebut terlontar dalam Sidang Kabinet Paripurna pada 18 Juni lalu.
"Bisa saja membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle, sudah kepikiran ke mana-mana saya. Entah buat Perppu yang lebih penting lagi, kalau memang diperlukan," kata Jokowi dalam video yang diunggah akun Youtube Sekretariat Presiden, Minggu (28/06/2020).