JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Nama Presiden Joko Widodo resmi menjadi nama jalan utama di Uni Emirat Arab (UEA). Pemberian nama jalan ini diresmikan langsung oleh Chairman Abu Dhabi Executive Office Sheikh Khalid bin Mohammed bin Zayed Al Nahyan pada 19 Oktober 2020.
Terletak di ruas jalan yang membelah Abu Dhabi National Exhibition Center dan area kedutaan, nama Joko Widodo tertulis dalam lafaz Arab Syari" ar-Rais Joko Widodo yang berari "Jalan Presiden Joko Widodo".
Banyak pihak yang menyambut baik hal tersebut. Sebab, penamaan jalan, terlebih jalan utama, di sebuah negara berarti tanda penghormatan pada tokoh yang bersangkutan. Publik menyebut dijadikannya nama tokoh Indonesia sebagai nama jalan di UEA merefleksikan hubungan erat antara UEA dan Indonesia.
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, turut membenarkan hal tersebut. Ia sepakat penghormatan yang diberikan UEA itu menjadi simbol hubungan baik kedua negara.
"Peresmian menunjukkan bahwa Presiden Jokowi memiliki posisi yang penting dalam hubungan diplomatik Indonesia dan pemerintah Emirat," kata Benny kepada TeropongSenayan, Selasa, 21 Oktober 2020.
Benny berharap pemberian nama jalan bakal memperkokoh relasi kerjasama bilateral, terutama kerjasama yang mampu memperkuat ekonomi dan budaya. UEA merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di Jazirah Arab setelah Arab Saudi.
Lebih jauh Benny mengungkapkan, nama Presiden Jokowi bakal disegani di kawasan negara-negara Teluk. Pasalnya, UEA memiliki peran krusial sebagai negara penghasil minyak terbesar di kawasan negara-negara Teluk.
Dengan posisi Jokowi yang diperhitungkan di kawasan Arab, Benny mengatakan hal ini menjadi peluang bagi pemerintah Indonesia untuk mendorong perdamaian di Timur Tengah.
Benny juga berharap Pemerintah Indonesia mampu menjalin komunikasi lebih jauh dengan UEA untuk bekerjasama memperjuangkan kemerdekaan Palestina.Hal ini, menurut Benny, seiring dengan paradigma Pancasila di mana nilai-nilai kemanusiaan harus diwujudkan tanpa melihat batas teritorial.
"Kedekatan relasi bisa jadi peluang diplomasi mendorong terjadinya perdamaian Timur Tengah. Relasi antar negara sangat dibutuhkan membangun kerjasama antar negara dan peradaban," kata Benny.