Oleh Ariady Achmad bersama Team teropongsenayan.com pada hari Rabu, 05 Feb 2025 - 11:36:46 WIB
Bagikan Berita ini :

Dinamika Politik dan Kebijakan: DPR Perkuat Wewenang, Menteri ESDM Akui Kesalahan

tscom_news_photo_1738730206.png
(Sumber foto : )

Pendahuluan

Dua isu politik dan kebijakan yang mencuat dalam beberapa hari terakhir menimbulkan perdebatan di publik. Pertama, revisi aturan DPR yang memberikan kewenangan lebih besar dalam pencopotan pejabat negara yang telah disahkan melalui rapat paripurna. Kedua, pengakuan kesalahan Menteri ESDM terkait polemik distribusi gas elpiji 3 kg.

Kedua isu ini mengangkat pertanyaan krusial mengenai keseimbangan kekuasaan antara legislatif dan eksekutif serta efektivitas kebijakan pemerintah dalam merespons kebutuhan rakyat. Artikel ini akan mengkaji secara mendalam kedua isu tersebut dengan pendekatan kritis, objektif, dan berbasis data.


---

DPR dan Wewenang Baru dalam Pencopotan Pejabat Negara

Latar Belakang

Pada 4 Februari 2025, DPR mengesahkan revisi Peraturan DPR RI Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Tertib. Salah satu perubahan utama dalam revisi ini adalah kewajiban Presiden untuk menindaklanjuti rekomendasi DPR terkait pencopotan pejabat negara yang telah lolos uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) di DPR.

Ketua Badan Legislasi DPR, Bob Hasan, menegaskan bahwa aturan ini bersifat mengikat, menempatkan DPR sebagai institusi yang tidak hanya menguji kelayakan pejabat, tetapi juga berhak mengevaluasi dan menggantinya.

Analisis Kritis

1. Implikasi terhadap Sistem Presidensial

Indonesia menganut sistem presidensial, di mana Presiden memiliki hak prerogatif dalam mengangkat dan memberhentikan pejabat negara.

Kewenangan baru DPR ini dapat menggeser keseimbangan kekuasaan, berpotensi menciptakan ketegangan antara legislatif dan eksekutif.

Jika tidak diatur dengan mekanisme yang jelas, kebijakan ini bisa digunakan sebagai alat politik untuk menekan Presiden.

2. Potensi Penyalahgunaan Kewenangan

Dalam praktiknya, DPR adalah lembaga politik yang anggotanya berasal dari berbagai partai dengan kepentingan berbeda.

Jika evaluasi terhadap pejabat negara tidak dilakukan secara transparan dan berbasis kinerja, ada risiko bahwa keputusan DPR lebih dipengaruhi oleh politik ketimbang kepentingan publik.

Tanpa parameter evaluasi yang objektif, aturan ini bisa menimbulkan instabilitas birokrasi karena pejabat negara akan lebih berhati-hati terhadap tekanan politik dibanding menjalankan tugasnya secara profesional.

3. Dampak terhadap Stabilitas Pemerintahan

Jika pejabat negara bisa dicopot dengan mudah atas rekomendasi DPR, akan ada ketidakpastian dalam birokrasi pemerintahan.

Pejabat yang diangkat mungkin lebih loyal kepada DPR ketimbang kepada Presiden, yang justru bisa melemahkan koordinasi pemerintahan.

Presiden juga bisa kehilangan otoritasnya dalam membentuk kabinet yang sesuai dengan visi dan misinya.


Kesimpulan Sementara

Revisi ini masih perlu diuji dalam implementasinya. Jika digunakan dengan objektif, kebijakan ini dapat meningkatkan akuntabilitas pejabat negara. Namun, jika digunakan sebagai alat politik, kebijakan ini bisa melemahkan sistem presidensial dan stabilitas pemerintahan.


---

Kisruh Gas Elpiji 3 Kg dan Pengakuan Kesalahan Menteri ESDM

Latar Belakang

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengakui kesalahan dalam kebijakan terkait distribusi gas elpiji 3 kg. Kebijakan tersebut melarang pengecer menjual gas bersubsidi, yang menyebabkan kelangkaan di beberapa daerah dan kesulitan bagi masyarakat mendapatkan gas dengan harga terjangkau.

Setelah mendapat kritik luas, Presiden Prabowo Subianto turun tangan dan menginstruksikan Menteri ESDM untuk mengaktifkan kembali pengecer gas elpiji 3 kg.

Analisis Kritis

1. Kesalahan Manajemen atau Kurangnya Kajian Kebijakan?

Kebijakan ini diduga bertujuan untuk mengurangi kebocoran subsidi dan memastikan distribusi lebih terkontrol.

Namun, implementasinya tidak mempertimbangkan kondisi di lapangan, di mana sebagian besar masyarakat masih bergantung pada pengecer untuk mendapatkan gas elpiji 3 kg.

Apakah ada kajian dampak sebelum kebijakan ini diterapkan? Jika tidak, ini menunjukkan lemahnya proses perumusan kebijakan.

2. Mengapa Presiden Harus Turun Tangan?

Seharusnya, kebijakan di tingkat kementerian sudah dikaji matang sebelum diterapkan, sehingga tidak menimbulkan kegaduhan di masyarakat.

Fakta bahwa Presiden harus turun tangan menunjukkan ada kelemahan dalam koordinasi pemerintahan.

Ini juga bisa menandakan bahwa mekanisme pengawasan kebijakan di internal kabinet belum berjalan dengan baik.

3. Dampak terhadap Kepercayaan Publik

Transparansi Menteri ESDM dalam mengakui kesalahan bisa diapresiasi. Namun, kesalahan kebijakan ini berpotensi mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Di sektor energi, stabilitas dan prediktabilitas kebijakan sangat penting. Jika kebijakan berubah-ubah dalam waktu singkat, akan muncul ketidakpastian di masyarakat dan dunia usaha.


Kesimpulan Sementara

Polemik ini menunjukkan pentingnya kajian kebijakan yang lebih matang sebelum diterapkan. Pemerintah perlu memperbaiki mekanisme evaluasi dan koordinasi internal agar kebijakan yang berdampak luas seperti ini tidak diubah secara mendadak setelah menimbulkan kegaduhan di masyarakat.


---

Kesimpulan Akhir

1. Revisi aturan DPR berpotensi meningkatkan pengawasan terhadap pejabat negara, tetapi juga berisiko menciptakan instabilitas politik dan birokrasi jika tidak diatur dengan baik. Keseimbangan kekuasaan antara DPR dan Presiden harus tetap dijaga agar sistem pemerintahan tetap berjalan efektif.


2. Kisruh gas elpiji 3 kg menunjukkan lemahnya perencanaan dan koordinasi di dalam pemerintahan. Pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan yang diambil sudah melalui kajian komprehensif sebelum diterapkan agar tidak menimbulkan keresahan di masyarakat.

Dari perspektif jurnalisme, penting bagi media untuk terus melakukan verifikasi terhadap setiap kebijakan publik dan menyoroti dampaknya secara objektif. Tanpa pengawasan media dan masyarakat, kebijakan yang dibuat berpotensi menjadi alat politik daripada solusi bagi rakyat.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

Diplomasi Barongko: Indonesia Sudah Perlu "Direstart"?

Oleh Muhammad Said Didu
pada hari Rabu, 05 Feb 2025
Pendapat mengenai kondisi Indonesia saat ini yang dikemukakan oleh Muhammad Said Didu mencerminkan kegelisahan mendalam terhadap arah perjalanan bangsa. Kritik tajam terhadap pemerintahan Jokowi ...
Opini

Sanksi atas Kebijakan Menteri Bahlil Lahadalia

Kebijakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yang melarang penjualan Elpiji 3 Kg oleh pengecer menuai polemik dan kecaman. Kebijakan tersebut dianggap merugikan masyarakat ...