Opini
Oleh Sefdin pada hari Rabu, 19 Mar 2025 - 13:23:06 WIB
Bagikan Berita ini :

IHSG dan Daulat Pasar

tscom_news_photo_1742365386.png
(Sumber foto : )


Hari ini orang ramai menyoal kondisi Indonesia saat ini. Terutama setelah IHSG anjlok. Semua menyalahkan kebijakan pemerintah. Yang pada intinya: dinilai tidak pro pasar.

Pasar… ya.. pasar. Pasar adalah daulat pasar. Dan daulat pasar adalah model perekonomian kapitalis-imperialis. Karena prinsipnya: the survival of the fit.

Sementara kerunyaman hari ini di seluruh dunia akibat dari model ekonomi pertumbuhan yang dianut masyarakat global pro pasar. Yang eksploitatif, dan memaksa pertumbuhan ekonomi serta konsumsi tinggi. Sehingga menyebabkan dis-equilibrium di semua lini.

Tapi kita menjadi seolah lupa; bahwa yang harus diperjuangkan Indonesia dengan ekonomi Pancasila adalah kebalikan dari daulat pasar. Yaitu daulat negara. Dan pemikiran para pendiri bangsa yang lebih memilih redistribution with growth, ketimbang redistribution from growth mulai menjadi tren di kalangan cendekiawan alternatif saat ini. Terutama di Eropa, yang mengampanyekan prosperity without growth.

Saya pribadi, sebagai mahasiswa yang sedang studi doktoral ilmu hukum dan pembangunan, tidak ingin ikut menari dengan tabuhan gendang elit global yang bermental imperialis dan predatorik. Ini pilihan atas dasar otoritas keilmuan yang sedang saya dalami. Terutama dengan merujuk pada pemikiran para pendiri bangsa. Yang mencita-citakan Indonesia sebagai negara yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, melalui perwujudan negara sosialisme yang berketuhanan.

Jadi yang harus menjadi kesadaran bersama bangsa ini adalah mengakhiri struktur sosial yang disuntikkan oleh Sosiolog Talcott Parsons, sehingga menghasilkan struktur sosial seperti gelas Wine, di mana rakyat kebanyakan menjadi alas yang melebar tapi sempit dan berdesakan di kaki gelas Wine. Struktur ini adalah struktur kolonialisme bentuk baru. Yang dirumuskan elit global predatorik di forum Bretton Woods pada tahun 1944 yang menghasilkan IMF, World Bank, dan GATT. Sehingga mereka tetap dapat menghisap negara-negara yang baru merdeka pasca Perang Dunia ke-2 tanpa harus mengirim tentara untuk menduduki dan menjajah.

Karena itu, yang harus kita lakukan adalah mengembalikan struktur sosial bangsa Indonesia menjadi cangkir kopi atau gelas teh. Sehingga rakyat kebanyakan tidak berjarak sempit dengan penguasa, pengusaha, dan kelas menengah. Karena saya juga bukan pengikut Karl Marx yang mencita-citakan melahirkan diktatur proletariat. Yang memimpikan semua alat produksi di tangan rakyat. Apalagi Lenin yang mematikan kaum pemodal.

Karena prinsip kemerdekaan yang dicanangkan 17 Agustus 1945 adalah rakyat menjadi bagian inti dari produksi dan perekonomian nasional bersama semua fungsi sosial dalam struktur masyarakat melalui pengaturan yang adil oleh negara. Tanpa menafikkan modal asing dan pinjaman modal dari negara lain. Tetapi tentu bukan modal asing yang dibebaskan dari aturan negara dan pinjaman luar negeri yang diikuti ratusan syarat.

Lantas bagaimana dengan pemerintahan Prabowo saat ini?

Saya pribadi masih melihat, path di dalam pikiran Prabowo adalah break the glass of wine.

Tetapi persoalan kualitas dan kapasitas orang-orang di dalam kabinet, terutama orang-orang lama yang bekerja untuk pemerintahan sebelumnya, dan orang-orang yang mengisi jabatan yang begitu gemuk dengan outcome yang tidak terukur, tentu menjadi pertanyaan. Kita lihat saja seiring waktu.

Tetapi secara prinsip: Ada path dari pikiran Prabowo untuk mengurangi daulat pasar menjadi daulat negara.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
PEMPEK GOLDY
advertisement
KURBAN TS -DD 2025
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Dari Pangkalan ke Platform: Siapa yang Diuntungkan?

Oleh Kuldip Singh – Aktivis 1998, Sekjen PIJAR 1998, Pemerhati Kebijakan Publik
pada hari Selasa, 01 Jul 2025
Ojek bukanlah temuan baru. Ia lahir dari kebutuhan rakyat terhadap mobilitas murah, cepat, dan adaptif di tengah macetnya kota dan minimnya layanan publik. Ia tumbuh bukan dari insentif ...
Opini

Mabes Polri Kabulkan Gelar Perkara Khusus Terkait Dugaan Ijazah Palsu

Bandung, 1 Juli 2025 – Kepolisian Republik Indonesia melalui Bareskrim Mabes Polri menjadwalkan pelaksanaan Gelar Perkara Khusus atas laporan dugaan ijazah palsu yang menyeret nama Presiden ...