Oleh Muhammad Said Didu pada hari Jumat, 18 Apr 2025 - 09:30:44 WIB
Bagikan Berita ini :

MENANTI LANGKAH BERANI PRESIDEN PRABOWO Empat Harapan dari Forum Purnawirawan dan Masyarakat Sipil

tscom_news_photo_1744943444.png
M. Said Didu (Sumber foto : Istimewa)

Sore itu, langit Jakarta masih menggantung mendung saat puluhan purnawirawan TNI dari tiga matra berkumpul dalam sebuah pertemuan yang terasa lebih dari sekadar silaturahmi. Di tengah ruang pertemuan yang sederhana namun sarat sejarah, wajah-wajah para perwira tinggi yang pernah berjibaku menjaga negeri tampak serius. Mereka duduk berdampingan dengan tokoh-tokoh masyarakat sipil, menyatukan kegelisahan dalam suasana yang bersahaja namun penuh makna.

Tiga hari menjelang tepat enam bulan masa jabatan Presiden Prabowo Subianto, Forum Purnawirawan Prajurit TNI memilih untuk bersuara. Di antara mereka hadir Jenderal TNI (Purn) Fachrur Razi, Marsekal (Purn) Hanafi Asnan, Letjen (Purn) Soeharto, Laksamana (Purn) Tedjo Edy, dan Mayjen (Purn) Soenarko. Semuanya datang dengan satu tujuan: menyampaikan harapan, bukan ancaman; mengingatkan, bukan menggurui.

Dalam forum itu, Jenderal Fachrur Razi menyampaikan kalimat yang mengejutkan sebagian hadirin. Ia mengatakan, "Yang seharusnya berterima kasih adalah Jokowi. Tanpa restu Prabowo, tak mungkin putranya kini menjadi Wakil Presiden." Sebuah pernyataan yang tak hanya menyentuh sisi politik, tapi juga menyiratkan dinamika relasi kuasa yang belakangan ini menuai kontroversi di ruang publik.

Namun sorotan utama sore itu bukan semata pada kritik, melainkan pada sebuah tawaran: empat harapan konkret dari masyarakat sipil agar rakyat dapat memberikan dukungan penuh kepada Presiden Prabowo.

Saya diberi kehormatan menyampaikan harapan tersebut. Bukan sebagai ultimatum, melainkan sebagai bagian dari tanggung jawab moral warga negara yang mencintai republik ini sepenuh hati.

1. Mengakhiri “Perselingkuhan” dengan Solo dan Oligarki

Harapan pertama muncul dari keprihatinan terhadap arah demokrasi yang makin sempit, dibayang-bayangi oleh politik dinasti dan kekuatan oligarki. Masyarakat berharap Prabowo kembali menjadi sosok yang dulu dielu-elukan karena keberaniannya melawan arus, bukan tunduk pada kepentingan keluarga politik tertentu atau konglomerat kekuasaan yang kian mencengkeram ruang kebijakan publik.

"Jangan biarkan Indonesia hanya menjadi panggung boneka oligarki," ujar seorang purnawirawan yang menolak disebut namanya. Suaranya lirih, tapi tegas. Ia bicara bukan karena benci, tapi karena cinta pada negeri.

2. Korupsi Harus Dilawan, Bukan Dikompromikan

Kita semua lelah melihat korupsi menjadi candu kekuasaan. Harapan kedua adalah agar Presiden Prabowo menjadikan pemberantasan korupsi sebagai prioritas nasional, bukan sekadar retorika. Reformasi KPK, penguatan aparat pengawas, hingga keteladanan dari dalam kabinet sendiri adalah langkah nyata yang ditunggu rakyat.

Seorang tokoh masyarakat sipil menuturkan, “Jika Prabowo ingin dicatat sebagai pemimpin perubahan, maka ia harus memulai dari membersihkan lingkarannya sendiri.”

3. Penegakan Hukum Harus Tegak, Tidak Pilih Kasih

Ketiga, hukum di Indonesia masih seperti kompas rusak: kehilangan arah, bergantung siapa yang memegangnya. Penegakan hukum yang adil, profesional, dan merdeka dari intervensi politik menjadi tuntutan yang tak bisa ditawar. Masyarakat menunggu reformasi di tubuh Polri, kejaksaan, dan pengadilan.

Ketika keadilan hanya menjadi milik mereka yang berkuasa, kepercayaan rakyat akan luntur. Prabowo diharapkan mengembalikan martabat hukum sebagai pilar utama negara, bukan alat transaksi kekuasaan.

4. Kedaulatan atas Sumber Daya Alam

Harapan terakhir menyentuh nadi perekonomian bangsa: sumber daya alam. Dari tambang hingga laut, dari hutan hingga energi, Indonesia terlalu lama dieksploitasi tanpa arah. Penataan ulang tata kelola SDA, transparansi dalam perizinan, dan perlindungan terhadap komunitas lokal adalah panggilan sejarah yang menanti dijawab.

Keempat harapan ini bukan sekadar daftar tuntutan. Ia adalah cermin dari keresahan sekaligus cinta rakyat kepada negeri ini. Prabowo adalah Presiden yang kuat, lahir dari pemilu langsung, dan disambut dengan harapan besar. Namun kekuatan itu akan sia-sia jika tidak digunakan untuk merawat republik dengan keberanian dan integritas.

Kini, rakyat menunggu: apakah Prabowo akan berjalan di atas rel sejarah yang mulia, atau tergelincir dalam jebakan kompromi kekuasaan?

Sejarah tidak pernah lupa. Dan harapan rakyat selalu menemukan jalannya.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
IDUL FITRI 2025 AHMAD NAJIB Q
advertisement
DOMPET DHUAFA RAMADHAN PALESTIN
advertisement
IDUL FITRI 2025 WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2025 HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2025 HERMAN KHAERON
advertisement
Lainnya
Opini

Candu Kekuasaan dan Lenyapnya Jati Diri Pemimpin

Oleh Ariady Achmad
pada hari Jumat, 18 Apr 2025
JAKARTA, TEROPONGSENAYAN.COM - Kekuasaan, pada hakikatnya, adalah amanah. Namun sejarah dunia berulang kali menunjukkan bahwa kekuasaan juga bisa menjelma menjadi candu—menggiurkan, memabukkan, ...
Opini

Menimbang Dampak Kesepakatan Tarif Impor dengan Amerika Serikat terhadap Perekonomian Indonesia

JAKARTA, TEROPONGSENAYAN.COM - Dalam upaya mempererat hubungan ekonomi antara Indonesia dan Amerika Serikat, kesepakatan negosiasi tarif impor baru yang melibatkan peningkatan jumlah impor barang ...