JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Presiden Joko Widodo mengundang tiga purnawirawan TNI pengangkat jenazah enam jenderal dalam tragedi Gerakan 30 September 1965 (G30-S) ke Istana Kepresidenan Jakarta.
"Presiden mengundang tiga prajurit yang mengangkat jenazah Pahlawan Revolusi untuk bertemu di Istana," ujar Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Panjaitan di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Kamis (1/10/2015).
Menurut Luhut, undangan yang diberikan Presiden kepada 3 purnawirawan marinir itu merupakan bentuk penghargaan yang diberikan pemerintah. Mereka juga merupakan saksi peristiwa G30-S yang masih hidup.
"Karena tinggal 3 yang hidup dari semua yang terlibat pengangkatan jenazah pahlawan Revolusi. Saya sebagai tentara sangat tersentuh juga, Presiden punya ide, sampai meminta saya untuk mengatur ke-3 prajurit Marinir tadi," terang dia.
Seperti diketahui, ada delapan penyelam dan dua dokter yang mengangkat jenazah Pahlawan revolusi di Lubang Buaya. Mereka dipimpin Komandan Kompi Intai Para Amfibi KKO AL Kapten KKO Winanto.
Anggota RPKAD Kopral Anang berhasil mengangkat jasad Lettu CZI Pierre Andreas Tendean atau ajudan Jenderal A.H. Nasution.
Pratu KKO Subekti mengangkat dua jenazah sekaligus, yakni jasad Mayjen Suwondo Parman (Asisten I bidang intelijen Menpangad) dan Mayjen Soeprapto (Deputi II Menpangad).
Kopral KKO Hartono berhasil mengangkat jenazah Mayjen Haryono M.T. (Deputi III Menpangad) dan Brigjen Sutoyo Siswomihardjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal TNI-AD). Sementara Serma KKO Suparimin berhasil mengangkat jenazah Letjen A. Yani.
Kapten KKO Winanto sendiri mengecek lagi ke dalam sumur untuk memastikan masih ada atau tidaknya jenazah lain. Alumnus AAL 1959 itu ternyata berhasil menemukan satu jasad lagi, yakni Brigjen D.I. Pandjaitan (Asisten IV bidang Logistik Menpangad).(yn)