JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengibaratkan Indonesia seperti mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) bagi perompak di Filipina Selatan. Pasalnya, penculikan WNI oleh kelompok bersenjata Abu Sayyaf selalu terulang.
"Kejadian ini berulang, kita menjadi seperti ATM jadinya. Memalukan. Menurut saya, ini menandakan kita tidak berdaulat di wilayah sendiri ataupun di wilayah perbatasan," ujar Fadli, di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (8/8/2016).
Menurut Fadli, kejadian terulang ini menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia tidak menyiapkan antisipasi perlindungan bagi WNI. Setelah terjadi perompakan pertama, seharusnya pemerintah mengeluarkan travel warning kepada kapal-kapal yang diduga rawan pembajakan.
"Keledai saja masuk ke lubang cuma sekali, kalau masuk berkali-kali apa namanya," ungkap politisi Partai Gerindra itu.
"Ini kan memalukan, negara tidak ada hadiran di wilayah-wilayah tertentu," tambahnya.
Pada Rabu (3/8/2016) lalu seorang WNI menjadi korban penculikan di wilayah Kinabatangan, Sabah, Malaysia, berdekatan dengan wilayah perbatasan laut Filipina. Sebelumnya, tujuh WNI anak buah kapal tugboat Charles 001 disandera oleh kelompok Abu Sayyaf sejak 20 Juni. Sementara, tiga WNI anak buah kapal pukat tunda LD/114/5S milik Chia Tong Lim disandera Abu Sayyaf sejak 9 Juli.(plt)