JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Ini kebijakan yang ironis bahkan memilukan rakyat kecil. Dulu, saat berkampanye, Jokowi dengan bangga berjanji akan membangun sejuta rumah tinggal sederhana. Tentu langkah itu sulit terwujud karena bank-bank pemerintah justru menaikkan suku bunga kepemilikan rumah (KPR) hingga nyaris dua kali lipat.
"Sejak Januari 2015 Bank BTN menaikkan suku bunga KPR hingga 14 % hampir dua kali lipat dari BI rate 7,75 %. Ini adalah kebijakan ekonomi paling sadis di sektor keuangan dalam tahun 2015," kata peneliti Indonesia Global Justic (IGJ) Salamuddin Daeng.
Kepada TeropongSenayan, Senin (9/2/2015), Daeng mengatakan, padahal sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah meminta perbankan untuk menurunkan bunga kredit. Permintaan itu dilontarkan Komisioner OJK Bidang Perbankan Nelson Tampubolon.
Persoalannya, kata Daeng, sejauh mana lembaga pengawas lembaga keuangan itu didengarkan oleh kalangan perbankan? Dia berharap, kenaikan suku bunga perbankan itu bukan dengan alasan agar bisa membayar iuran ke OJK.
"Sebab, apapun alasannya, menaikkan suku bunga kredit, apalagi KPR sat ini merupakan langkah kejam bagi rakyat, itu sudah seperti tengkulak yang hendak memeras rakyat," kata dia. Dia menambahkan, kebijakan itu sangat tidak tepat karena saat ini rakyat masih menjerit dengan adanya kenaikan harga-harga kebutuhan akibat kenaikan hara BBM, gas, dan listrik. Kendati harga BM sudah turun lagi, namun kenyataannya harga-harga tak juga ikutan turun lagi.
Salamuddin Daeng memprediksi, kenaikan suku bunga bank itu akibat bank BUMN punya utang segunung hingga bikin sekarat. Namun, dia berharap agar pemerintah tak membebankan utang itu kepada rakyat melalui kebijakan suku bunga yang mencekik.
"Jadi, menaikkan suku bunga melampaui batas itu sama saja hendak membuang visi Jokowi yang hendak menyediakan sejuta rumah bagi rakyat kecil ke dalam tong sampah," kata Deang mengakhiri pernyataannya. (b)