JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Masuknya sejumlah pengamat dan pakar menjadi komisaris di sejumlah BUMN masih memicu pro dan kontra.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Agung Suprio mengkhawatirkan masuknya tokoh dan pengamat ke BUMN akan memandulkan sikap kritis mereka kepada pemerintah.
"Saya khawatir makin sedikit tokoh kritis yang berani membela kepentingan rakyat karena mereka sudah berbagung dengan kekuasaan," ujar Agung kepada TeropongSenayan.com di Jakarta, Sabtu (28/3/2015).
Dalam analisis Agung, ada dua kelompok yang diakomodasi pemerintahan Jokowi ke BUMN. Kelompok pertama adalah mereka yang selama ini menjadi suporter atau relawan. Mereka adalah Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun (Komisaris Utama PT Jasamarga) dan pengamat politik Fachry Ali (Komisaris Utama PT Timah Persero). Mereka masuk dalam kategori supporter karena pendapatnya selalu mendukung Jokowi. Keduanya nyaris tak pernah kritis terhadap Jokowi sejak kampanye Pilres 2014 lalu.
Ada juga kelompok kritikus yang selama ini pendapatnya selalu kritis dan independen. Masuk dalam kelompok ini adalah Rizal Ramli yang diangkat sebagai Komisaris Utama BNI dan pengamat politik Henri Saparini yang diangkat menjadi Komisaris Utama PT Telkom. Menurut Agung, Rizal Ramli dan Hendri Saparini, Jokowi dituding menjalankan strategi politik 'permen untuk anak.'
"Anak kecil itu kalau nangis dikasih permen akan diam. Nah saya khawatir mereka yang kritis akan mandul setelah dapat jabatan di BUMN," papar Agung.
Agung sudah melihat gejala hilangnya sikap kritis pada Rizal Ramli. "Biasanya kalau ada kenaikan harga BBM, Rizal Ramli bersuara menentang kebijakan itu. Kini dia sudah duduk manis saja," pungkas Agung.(ss)