JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -Peramal yang juga politisi Permadi punya pandangan dalam membedakan antara Soeharto dan Presiden Joko Widodo.
Menurut Permadi kedua orang itu sama-sama punya pendidikan akademik yang tidak istimewa. Joko Widodo lulus sarjana. Bahkan Soeharto pendidikan akademiknya lebih rendah lagi dari Joko Widodo.
Tapi keduanya punya perbedaan mencolok dalam hal memimpin. Soeharto terlihat gaya kepemimpinannya sejak awal sehingga bisa bertahan 32 tahun.
Dia menyadari pendidikan akademiknya rendah makanya dia pilih orang-orang cerdik pandai di bidangnya masing-masing dalam menjalankan roda pemerintahan.
"Soeharto cukup sebagai komandan tapi semua bisa dia kendalikan dan tidak harus blusukan setiap saat. Dia blusukan kalau diperlukan saja untuk menyapa rakyat. Jadi bukan untuk pencitraan tapi memang ditunggu-tunggu rakyat," kata Permadi saat dihubungi TeropongSenayan, Jumat (1/5/2015).
Soeharto memilih orang yang benar-benar teruji dan pendidikannya mumpuni. Misalkan saja, kata Permadi, ada Radius Prawiro, Sumitro Djoyohadikusumo, Wijoyonitisastro, JB Sumarlin, Soebroto dan lainnya. "Bahkan Soebroto pernah memimpin Opec, kalau tidak hebat mana mungkin dia dipilih negara Opec jadi pemimpinnya," kata mantan politisi PDI perjuangan itu.
Berebeda dengan Joko Widodo, meski pendidikan akademiknya lebih baik dia minim pengalaman.
Pengalaman pernah jadi walikota dan gubernur terbukti tidak bisa menjadikannya sebagai komandan yang disegani dan bisa mengendalikan bawahannya.
Dalam memilih pembantu-pembantunya, kata Permadi, juga ngawur karena hanya mengambil orang yang disodorkan partai pendukung, simpatisan, asing dan asiong.
Ada mentri yang gak jelas tugasnya. Ada menteri yang gayanya seperti maling naik pagar rumah orang.
"Siapapun dia memasuki pekarangan orang itu melanggar hukum, kok ada menteri naik pagar rumah orang," ujarnya.
Belum lagi dia angkat kepala staf kepresidenan yang kekuasaannya melampaui wapres. "Itu aturan mana yang dia pakai, tidak ada dalam tata pemerintahan kita," tambahnya lagi.(ss)