JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Harapan masyarakat luas mendapat pemimpin sekelas ksatria idaman bagai mimpi disiang bolong. Mereka merasa tertipu lantaran Jokowi jauh dari predikat itu.
Hal itulah yang dirasakan oleh Permadi, aktivis dan politisi yang juga ahli supranatural. Menurut dia Jokowi dipilih rakyat menjadi Presiden bukan karena hebat atau memiliki kemampuan yang mumpuni namun akibat rekayasa pencitraan.
"Yang terjadi pada Jokowi itu karena bluffing, dipoles, dibedaki berlebihan sampai semua merasa tertipu," kata Permadi, mantan politisi PDI Perjuangan, dalam obrolan dengan TeropongSenayan, Minggu (3/5/2015).
Dari hasil terawangannya, paranormal politik ini menyebutkan keliru kalau Jokowi itu dianggap sebagai satrio piningit yang akan membawa negeri ini keluar dari kesusahan. Menurutnya, tidak ada tanda-tanda itu sama sekali pada jokowi.
"Nggak ada itu Jokowi satrio piningit. Semua hasil bluffing, hasil polesan, make up. Akhirnya ya hanya sesaat," ujar Permadi berapi-api. Namanya polesan atau pencitraan maka terbukti kedodoran saat menjalankan kepemimpinan.
Permadi menambahkan, bisa jadi semula para pendukungnya berpikir bahwa Jokowi bisa berkuasa dengan polesan. Tapi itu tidak mungkin. Hal ini terbukti dengan kegagalan Jokowi mengelola dan menghadapi berbagai persoalan politik kenagaraan belakangan ini.
Apalagi, kata Permadi, banyak juga pendukung Jokowi yang tidak punya ideologi yang militan. Para pendukung ada yang hanya berharap setelah Jokowi menang dapat imbalan baik materi atau jabatan. Bahkan ada pula pendukung bayaran.
"Ada juga yang puas karena dapat benar-benar dapat jabatan, tapi tidak sedikit yang merasa dikecewakan," ujar Permadi lagi. Dengan kondisi sekarang ini, kata Permadi, dia tidak banyak berharap situasi akan membaik.
Menurutnya, jika memang punya kemampuan memimpin, waktu enam bulan bisa digunakan Jokowi membuktikan kemampuannya. Kepemimpinan ada hasil yang nyata. Atau setidaknya ada tanda-tanda tentang kemampuannya sebagai pemimpin.
Permadi meyakini, pemimpin itu terbaca dari bahasa tubuhnya. Gerak dan langkahnya bisa memperlihatkan kemampuannya sebagai pemimpin. Sehingga saat memegang tampuk kekuasaan akan langsung bisa bertindak tidak perlu menunggu lama.
"Lha ini sudah enam bulan tapi masih jeblok. Ibarat padi, kalau bibit unggul enam bulan itu sudah panen hampir dua kali. Jokowi ini ibarat padi pupuknya sudah habis-habisan tapi tidak mau tumbuh-tumbuh, karena bibitnya sebenarnya memang jelek ," ucapnya (ris)