Oleh Bachtiar pada hari Sabtu, 02 Mar 2024 - 14:38:43 WIB
Bagikan Berita ini :

Suara PSI Melejit Meski Diprediksi Tak Lolos Parlemen Oleh Sejumlah Lembaga Survei, Uchok Sky: Patut Diduga Ada Operasi Senyap

tscom_news_photo_1709365123.jpeg
Uchok Sky Khadafi Direktur Eksekutif CBA (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Fenomena ajaib terjadi dalam penghitungan suara KPU khususnya Pileg. Di mana, salah satu partai yakni PSI yang diprediksi tak lolos parlemen oleh sejumlah lembaga survei justru dalam hitungan KPU partai yang digawangi anak presiden Jokowi tersebut suaranya terus mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa hari terakhir ini.

Melihat fenomena tersebut, Pemerhati Sosial Politik, Uchok Sky Khadafi menilai, naiknya suara PSI patut dicermati secara mendalam.

Pasalnya, kata dia, berdasarkan hitungan sejumlah lembaga survei justru tidak lolos ke parlemen.

"Patut diduga ada invisible hand atau operasi senyap dibalik naiknya suara PSI itu, patut diduga ada upaya penggelembungan suara. Anomali kalau ternyata PSI lolos karena data lembaga survei menunjukkan bahwa partai itu sulit tembus ke parlemen dan hanya raih angka 2-3% saja. Tapi hari ini justru mereka melejit angkanya, ini gak logis," tandas Aktivis 98 itu kepada wartawan, Sabtu (02/03/2024).

Uchok mengingatkan agar para penyelenggara pemilu bekerja secara independen dan transparan.

"KPU dan Bawaslu jangan main-main dengan pemilu karena bisa jadi bumerang kemudian hari. Ingat kasus Harun Masiku. Jaga independensi jangan cawe-cawe," tegasnya.

Uchok menegaskan kembali, pemilu sejatinya merupakan sarana menuju demokrasi yang lebih baik lagi bukan sebaliknya.

"Jangan kotori demokrasi dengan pemilu curang. Negara ini bukan milik satu dua kelompok yang suka-suka berbuat semaunya," tegas dia.

Tak hanya itu, Uchok juga menyoroti perolehan suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang notabenenya pendukung Jokowi tapi diprediksi tak lolos parlemen.

Uchok menduga, rendahnya perolehan suara PPP tak terlepas dari sikap politik mereka yang berseberangan dengan rezim kekuasaan.

“Beda dengan suara Golkar dan PSI, mungkin rendahnya suara PPP bisa jadi karena partai itu mendukung GP-MMD, ibarat kata rezim Jokowi menghabisi PPP. Padahal, selama ini PPP selalu memperoleh hasil pemilu di atas hasil survei karena sebaran pemilih di kantong-kantong pemilih Islam seluruh Indonesia secara merata dibandingkan PKB yang terkonsentrasi di Jatim," paparnya.

Uchok mengatakan, sikap dugaan keberpihakan Presiden Jokowi akan tercatat sebagai presiden yang menghilangkan sejarah Partai Ka’bah dari Indonesia akibat dukungannya ke PSI.

"Dugaan penggelembungan suara PSI harus ditolak. Sejak awal PSI seharusnya tidak lolos, hanya karena campur tangan kekuasaanlah yang membuat PSI lolos,” tegasnya.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement