JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Keputusan pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang memberikan izin kuota impor bawang putih kepada sejumlah importir mendapat sindiran pedas dari kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso baru-baru ini.
Menanggapi polemik tersebut, Anggota Komisi VI DPR RI Abdul Wachid mengaku tidak kaget. Pasalnya, kata dia, persoalan di Kementerian yang dipimpin Enggartiasto Lukita tersebut sudah bukan lagi rahasia umum.
"Kita tahulah siapa Enggar ini. Menteri dengan kekuasaan yang tak terbatas, apapun bisa dia lakukan. Enggar is the real presiden!," sindir politisiGerindra itu kepada wartawan di Jakarta, Senin (29/04/2019).
Semestinya, lanjut dia, impor memang harus dilakukan oleh Bulog bukan importir.
"Jika Bulog diberikan kewenangan itu harga bawang putih justru akan dibawah harga alias dapat dijangkau oleh masyarakat. Berbeda kalau importir yang ambil alih maka harga mahal akan jadi konsekuensinya. Dan itu justru memberatkan masyarakat," tandasnya.
Dijelaskannya, jika importir terus diberikan kewenangan itu maka ada efek serius yang akan dirasakan masyarakat nantinya.
"Inflasi bisa tak terkendali karena importir hanya memikirkan keuntungan. Sebaiknya Jokowi turun tangan dan perlu tegas kepada bawahannya. Sekali lagi jangan secara simbolik doank jadi presiden tapi presiden sesungguhnya justru Enggar itu yang sudah tak menggubris arahan presiden Jokowi," ujarnya.
Menurutnya dia, Indonesia yang merupakan negara dengan tingkat kesuburan tanahnya yang cukup bagus sudah saatnya memikirkan bagaimana ketergantungan akan impor pangan termasuk bawang putih untuk segera dihentikan.
"Tanah kita ini tanah surga, apapun bisa tumbuh asal ada kemauan. Dulu soal bawang putih itu sudah dipikirkan oleh rezim orba. Orba berusaha memutus ketergantungan impor bawang putih dengan menanam komoditas bawang putih disejumlah wilayah di Indonesia. Seperti Jawa bagian tengah, timur dan Barat hingga Sulawesi. Mereka cukup berhasil tapi ketika reformasi datang apa yang dicanangkan orba hilang bak ditelan bumi alias tidak diteruskan oleh rezim- rezim selanjutnya," ungkapnya. (Alf)