Berita
Oleh Ferdiansyah pada hari Rabu, 01 Mei 2019 - 13:02:44 WIB
Bagikan Berita ini :
Tidak dalam Kerja Paksa

dr Umar Zein Mensinyalir Penyebab Meninggalnya Ratusan Petugas KPPS Bukan Karena Kelelahan

tscom_news_photo_1556690564.jpeg
Ilustrasi (Sumber foto : Ist)

MEDAN (TEROPONGSENAYAN) --Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia menyebutkan sudah ada 300 lebihpetugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) meninggal dunia selama Pemilu. Sebagian besar menghembuskan nafas terakhirnya diduga karena kelelahan.

Namun demikian,tak semua sepakat faktor kelelahan yang menjadi penyebabnya. Seperti yang diungkapkan dr Umar Zein, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU).

Dalam akun Facebooknya, mantan Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan ini mengatakan perlu penelitian untuk mengungkapkan penyebab pastinya, namun dia memastikan bukan karena faktor kelelahan, sebab tidak dalam kerja paksa.

Dia menuliskan pandangannya dengan judul “Benarkah “Kelelahan” Penyebab Kematian?

Mantan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RUSD) dr Pirngadi Medan ini mengurai pada zaman penjajahan Belanda, banyak pekerja paksa yang ditugaskan Deandels membuat jalan lintas Anyer-Panurakan. Mereka dipaksa bekerja membuat parit, memecah batu gunung dan mengangkat bahan-bahan yang diperlukan.

“Mereka bekerja siang malam tak tentu waktu istirahat dan makan. Namanya juga kerja paksa. Mereka pasti kelelahan dan kekurangan gizi, kehausan, kelaparan sehingga daya tahan tubuhnya melemah, akhirnya jatuh sakit. Banyak yang terkena Malaria tropika, kejang-kejang, koma, kemudian meninggal,” ujar Umar Zein, Medan(24/4/2019).

Sedangkan, kondisi berbeda menurut Umar Zein dialami Petugas Pemilu yang bekerja di TPS atau di tempat lain. “Mereka cukup mendapatkan minuman dan makanan, bukan kerja paksa, ada waktu istirahat meski bergantian, boleh permisi bila kondisi darurat,” lanjutnya.

“Diberitakan lebih dari tiga ratusorang petugas Pemilu 2019 meninggal dunia akibat kelelahan (Berapa % Angka Kematian?). Kelelahan tidak bisa langsung menyebabkan kematian. Ada tiga “pintu” kematian, yaitu otak, jantung dan paru. Bila otak tidak cukup mendapat oksigen oleh berbagai sebab, misalnya penyumbatan pembuluh darah, maka terjadi kematian sel-sel otak. Tetapi pasien tidak langsung mati. Ada mekanisme kompensasi untuk mempertahankan kehidupan sel-sel yang lain. Bahkan kematian Batang Otak disebut kematian secara medis, butuh waktu beberapa jam untuk kemudian terjadi kematian biologis, setelah jantung dan paru berhenti berfungsi,” tuturnya.

Dia menegaskan gagal Jantung, gagal ginjal, gagal hati, tidak langsung mati, mungkin koma dulu beberapa hari bahkan lebih.

Dia mengurai kelelahan petugas Pemilu pastilah tidak sampai 1/1000 dari kelelahan pada pekerja paksa zaman Belanda. Kelelahan mungkin bisa sebagai pemicu gangguan akut atau eksaserbasi dari Penyakit kronik yang diidap.

“Ini butuh pembuktian pemeriksan medis yang cermat. Lalu, mengapa diberitakan di media, banyak petugas Pemilu meninggal dunia akibat kelelahan? Ini pembodohan pada rakyat awam atau orang yang tidak faham ilmu medis, atau sedikit tahu ilmu medis,” ungkapnya.

“Penyebab kematian tidak sesederhana itu, saudara-saudara sebangsa dan setanah air, Indonesia! Kematian mendadak (sudden death) secara medis, akibat proses di jantung, paru atau otak atau gabungannya,” jelas dia.

“Apa penyebab kematian ratusan Petugas Pemilu Indonesia Tahun 2019?Perlu penelitian. Yang pasti bukan karena kelelahan", pungkasnya. (Alf)

tag: #kpu  #pemilu-2019  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Berita Lainnya
Berita

Audiensi Masyarakat Tangerang, Yorrys Berjanji Bantu Penyelesaian PIK 2

Oleh Sahlan Ake
pada hari Senin, 25 Nov 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -Wakil Ketua DPD RI Yorrys Raweyai menerima perwakilan Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) hari ini. Dalam audiensi itu, Apdesi menyampaikan aspirasi ...
Berita

Puan: Guru Pahlawan Penjaga Nyala Pelita Masa Depan Bangsa

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ketua DPR RI Puan Maharani berharap peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2024 menjadi momen peningkatan kualitas pendidikan di Tanah Air. Ia mengatakan guru merupakan garda ...