JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman mengaku turut prihatin terhadap realisasi dan efek nyata dari konsep NawaCita Pemerintahan Jokowi-JK. Ia berharap NawaCita tidak semata gagah dalam konsepsi, tetapi harus memiliki implikasi yang jelas bagi masyarakat kecil.
Dikatakan Irman, Jokowi harus belajar dari tren dan perkembangan ekonomi nasional yang berlaku sepanjang sejarah pemerintahan di Indonesia. Menurutnya, nyaris seluruh kegagalan proyeksi ekonomi nasional disebabkan karena hanya bertumpu pada segelintir pelaku ekonomi dan pengusaha.
"Kita refleksikan pada tahun 66, juga pada tahun 98, ekonomi negara menjadi tidak stabil karena hanya bertumpu pada sedikit pengusaha saja. Jadi pada tahun 98, ada beberapa pengusaha saja yang berkolaborasi dengan pemerintahan otoriter menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang sifatnya semu," kata Irman dalam diskusi "Ekonomi Rakyat Dalam Bingkai Nawacita" di Bakoel Kofie, Jakarta, Minggu (17/5/2015).
Dari sejarah kegagalan pemerintahan masa lalu tersebut, lanjut Irman, bagaimana pemerintahan Jokowi-JK mengambil hikmah supaya tidak mengulang kesalahan yang sama. Irman menjelaskan, bagaimana Jokowi-JK melibatkan para pelaku ekonomi mikro dalam mencapai pembangunan ekonomi nasional.
"Karena 45 persen ekonomi nasional kita itu bertumpu pada pada pedagang kecil. Sebagaimana contoh, pada tahun 2004 ekonomi nasional kita mengalami pertumbuhan. Mari kita lihat siapa yang memberikan kontribusi. Ya pedagang kecil," ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjut Irman, harus ada timbal balik dari pemerintahan mengingat peran besar pedagang kecil yang dapat menjadi indikator pertumbuhan ekonomi. Ia mengingatkan agar Jokowimenunjukkan keberpihakan dan perhatiannya kepada pedagang pasar kecil.
"Jadi dalam potret yang kita lihat, sekarang pertumbuhan ekonomi kita ada dukungannya pada perdagangan tradisional. Maka jangan sia-siakan pedagang kecil karena pada dialah sumbu ekonomi nasional," ujarnya. (iy)