JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Pelukan dan jamuan Presiden Soeharto pada Jumat 11 Januari 1974 tak membuat Hariman Siregar luluh. Hariman yang ketika itu Ketua Dewan Mahasiswa UI tetap turun ke jalan memimpin demontrasi yang berujung membawanya mendekam di penjara Salemba.
Kejadian itu diungkapkan oleh Bambang Wiwoho, wartawan senior yang ketika itu bertugas meliput di Istana Negara. Dia menceritakan kejadian itu berlangsung di Bina Graha, kantor Presiden Soeharto yang berada di komplek Istana Negara, Jalan Merdeka Utara, Jakarta.
"Ketika demo besar awal 1974, bung Hariman Siregar, Gurmilang Kartasasmita, Lopez dkk juga sempat dipanggil Pak Harto (mantanPresiden Soeharto-red) dan berdialog di Bina Graha. Tepatnya hari Jumat 11 Januari 1974," ujar Bambang Wiwoho di Jakarta, Kamis (21/5/2015).
Namun meski dipeluk, dijamu dan diberikan buku tentang Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) I, sebagai wakil kalangan mahasiswa, Hariman Siregar, pendiriannya tetap teguh. Bambang Wiwoho menilai Hariman Siregar dkk 'tidak terbeli' oleh pemerintah.
"Bung Hariman dan gerakan mahasiswa tetap menolak dominasi modal asing dan mengubah strategi pembangunan yang menganut trickle down theory ke pro poor dan pro people. Jadi mahasiswa tidak terbeli, tidak tersandera dan demontrasi terus bergulir," papar Bambang Wiwoho.
Ini dibuktikan, pada tanggal 14 Jauari 1974 malam para mahasiswa melakukan demontrasi di kawasan bandara Halim Perdanakusuma mencegat kedatangan Tanaka, PM Jepang. Dilanjutkan long march dari kampus UI di Salemba ke kampus Universitas Trisakti di kawasan Grogol, Jakarta Barat.
"Dalam perjalanan itulah meletus apa yang kemudian kita kenal sebagai peristiwa 15 Januari 1974 (Malari). Intinya, dialog silahkan saja. Tapi perjuangan demi bangsa dan negara harus terus berkobar. Tidak boleh padam. Bravo anak-anak muda, pewaris masa depan," tegas Bambang Wiwoho.
Cerita tersebut mirip dengan undangan makan malam Presiden Jokowi kepada pimpinan gerakan mahasiswa beberapa hari lalu. Jamuan yang berlangsung di istana negara itu disebut-sebut membuat nyali dan sikap kritis para mahasiswa melunak terhadap penguasa.(ris)