JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Direktur Utama Bulog, Budi Waseso menceritakan persoalan saat mulai memimpin Bulog.
Pria yang kerap disapa Buwas itu menjelaskan usai dilantik sebagai Dirut Bulog pada April 2018 lalu tak menyangka begitu banyak persoalan yang harus dihadapi.
"Dengan situasi Bulog itu tidak ideal menurut saya. Karena kita penugasan satu sisi, tapi justru di situlah Bulog terjerat dalam suatu permasalahan," kata Buwas dalam acara Ngopi BUMN, di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (1/11/2019).
Dia mencontohkan saat pemerintah meminta Bulog menyerap beras petani, atau pun impor beras dalam mengisi Cadangan Beras Pemerintah (CBP), keuangan Bulog yang jadi jaminannya.
"Kita dapat penugasan dari negara untuk impor beras contohnya, ini kan beras CBP, tapi yang mengimpor dan membeli Bulog, uangnya pinjam, utangnya Bulog. Ini masalah besar, karena nilainya triliunan dan bunganya komersial. Sedangkan CBP ini tidak bisa kita jual belikan kecuali ada penugasan," ungkap Buwas.
Belum lagi isu-isu yang menimpa Bulog seperti kualitas berasnya jelek dan pandangan itu telah tercetak di kalangan masyarakat. Sehingga, beras Bulog sulit disalurkan dan akhirnya mengendap di gudang. Dengan lamanya beras mengendap di gudang, kualitasnya terancam menurun.
"Maka Bulog harus menjaga kualitas beras. Sehingga mulai ditertibkan bagaimana sistem penyimpanan yang baik, bagaimana membuat gudang yang mumpuni. Termasuk regulasi yang saya tempur dan pemahaman karyawan-karyawan saya untuk CBP-nya," imbuh dia.
Menurutnya, ketika Bulog tak bisa menyalurkan beras dengan kualitas yang baik, atau harga yang terjangkau maka masyarakat yang bertindak.
"Bulog berkaitan dengan masalah beras. Kalau Bulog gagal menangani ini sehingga mengakibatkan keresahan, kalau beras nggak ada yang gelisah siapa? Ibu-ibu. Kalau berasnya jelek yg marah siapa? Ibu-ibu. Kalau berasnya mahal siapa yang marah? Ibu-ibu. Bulog sebagai penyuplai beras yang dimarahin nanti, apalagi Dirutnya. Jadi jangan pikir saya suara keras tidak ada tujuannya," tutur mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) itu. (Alf)