JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Indonesia akan kembali menerima utang dari Bank Dunia sebesar USD 11 juta. Pemerintah RI, kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, masih menimbang baik buruknya tawaran utang tersebut.
Wakil ketua Umum DPP Partai Gerindra Ferry Juliantoro mengingatkan bahwa rasio perbandingan antara utang negara dengan penerimaan negara pada triwulan I tahun 2015 menunjukkan angka 57% di atas angka konsensus ekonomi dunia yang hanya 30%.
"Rasio perbandingan itu menunjukkan angka yang memprihatinkan karena ruang bergerak untuk menutupi defisit semakin sulit," ujar Ferry kepada TeropongSenayan di Jakarta, Rabu (27/5/2015).
Ferry mengingatkan agar pemerintah berhati-hati terhadap tawaran utang dari luar negeri. Sebab, kata dia, apabila Indonesia menerima pinjaman utang dari Bank Dunia itu justru akan membuat Indonesia menuju kebangkrutan.
Organisasi pemeringkat, Standard and Poor (S&P) yang menyebutkan seperti dikutip juga oleh Presiden Jokowi bahwa angka kemiskinan Indonesia berkurang cenderung mengelabui terhadap situasi sebenarnya. "Tahun 1997-an juga semua lembaga asing yang ada bilang Indonesia aman. Tapi kenyataannya justru sebaliknya," tegas Ferry.
Ferry menegaskan, di tengah kesulitan ekonomi yang sedang terjadi saat ini, kapasitas negara untuk intervensi baik melalui kebijakan maupun implementasi program sedang diuji efektivitasnya. Namun, pemerintah selain belum mampu menurunkan angka inflasi, juga tidak mampu mengatasi beberapa persoalan mendasar seperti pangan, perburuhan, dan investasi. "Memang ada keinginan untuk memprioritaskan percepatan infrastruktur, tetapi sifatnya jangka panjang," terang Ferry.(yn/b4)