JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Korea Selatan yang dijadikan model penanganan virus Corona ternyata menghadapi pandemi gelombang kedua. Situasi ini menjadi memprihatinkan karena ini menjadi bukti strategi tanpa lockdown seperti yang dilakukan Korea Selatan ternyata tidak sepenuhnya berhasil. Pelonggaran aktivitas ternyata berpotensi menimbulkan gelombang kedua.
Dikutip dari Strait Times, Korea Selatan kembali memberlakukan pembatasan sosial lebih ketat mulai akhir Mei 2020. Gelombang kedua ditandai dengan melonjaknya penularan virus Corona secara tiba-tiba dan menjadi yang tertinggi sejak April 2020.
Padahal, penduduk Korea Selatan hampir saja kembali ke kehidupan normal setelah dianggap sukses mencegah penularan virus.
Klaster penyebaran virus corona terbaru berpusat di Metropolitan Seoul Raya yang dihuni hampir setengah penduduk Korsel.
Kebijakan social distancing yang telah diperlonggar sejak Rabu 6 Mei 2020 lalu, lagi-lagi diperketat agar mencegah penularan lebih luas.
Museum, taman, galeri seni ditutup sejak Jumat 29 Mei 2020 hingga dua minggu ke depan.
Menteri Kesehatan Park Neung-hoo mengumumkan pengetatan itu pada Kamis 28 Mei 2020. "Kami memutuskan untuk kembali memperkuat semua tindakan karantina di wilayah metropolitan sejak besok hingga Minggu 14 Juni 2020 mendatang," ucapnya.
Penduduk setempat juga diharapkan menghindari kerumunan dan perkumpulan sosial, termasuk restoran dan bar. Di sisi lain, tempat-tempat ibadah masih diizinkan untuk berkegiatan dengan tambahan pengetatan protokol kesehatan.
Fasilitas pendidikan sedang dipersiapkan untuk dibuka kembali sesuai jadwal jika tak ada penambahan masa social distancing.
Jumlah kasus baru sudah naik lebih dari 50 orang setidaknya dalam tujuh hari berturut-turut. Pemerintah mengumumkan 79 kasus per Kamis 28 Mei 2020, menjadi yang terbesar sejak Minggu 5 April 2020 yang melaporkan 81 kasus baru.