JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Mesir agaknya mulai gerah dengan situasi politik yang memanas di Libya. Maklum Mesir berbatasan langsung dengan negara yang beribukota Tripoli. Dikawatirkan pertempuran yang melibatkan pemerintah dengan pemberontak bisa merembet ke Mesir.
Maka, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada hari Sabtu mengatakan bahwa negaranya memiliki hak yang sah untuk campur tangan di negara tetangga Libya dan memerintahkan pasukannya untuk siap melaksanakan misi di luar negara itu, jika perlu.
"Setiap intervensi langsung dari negara Mesir kini telah memperoleh legitimasi internasional," kata Sisi seperti dikutip reuters.com (22/6/2020).
Ia mengatakan Mesir memiliki hak untuk mempertahankan diri setelah menerima "ancaman langsung" dari "milisi teroris dan tentara bayaran" yang didukung oleh negara-negara asing. Ucapan Sisi merujuk kepada beberapa kelompok bersenjata yang setia pada GNA dan didukung oleh Turki.
Sisi berbicara dengan beberapa pilot angkatan udara dan personel pasukan khusus di pangkalan, mengatakan kepada mereka, "Bersiaplah untuk melaksanakan misi apa pun, di sini di dalam perbatasan kami - atau jika perlu, di luar perbatasan kami."
Sisi mengatakan bahwa Mesir selalu enggan untuk campur tangan di Libya dan menginginkan solusi politik untuk konfliknya, tetapi menambahkan bahwa "situasinya sekarang berbeda".
"Jika beberapa orang berpikir bahwa mereka dapat melintasi garis depan Sirte-Jufra, ini adalah garis merah bagi kita," katanya di depan audiensi yang menyertakan beberapa pemimpin suku Libya.
Komentar Sisi keluar setelah Libya dilanda pemberontakan. Pasukan yang setia kepada Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional di Tripoli tengah bertempur melawan pasukan yangs etia pada haftar yang didukung Rusia, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Mesir.
Namun sejauh ini GNA masih menguasai pertempuran yang sudah berlangsung 14 bulan.