JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Pengamat Energi, Yusri Usman menganggap aneh langkah pemerintah membubarkan Petral. Bagi Yusri, pembubaran Petral bukan cara signifikan dalam memberantas mafia migas di Indonesia.
"Seharusnya bukan lumbungnya yang dibakar, tapi tikusnya," kata Yusri dalam diskusi yang bertema " Sengkarut Tata Kelola Energi Era Jokowi-JK," di Warung Komando, Jakarta, Minggu (31/5/2015).
Menurutnya, Petral sesungguhnya memiliki peran penting bagi negara dalam menjembatani Pertamina dengan pasar saham internasional. Lebih dari itu, Petral turut memberikan suplai yang jelas terhadap APBN.
"Petral jelas memberikan keuntungan 50 juta dolar US per tahun. Ini menjadi pertanyaan dimana bersamaan dengan itu kenapa justru ada 40 sampai 50 perusahaan BUMN yang hampir bangkrut malah disuntik dana terus," ungkapnya.
Yusri mengaku dirinya menaruh kecurigaan akan adanya konspirasi baru di kementerian ESDM. Konspirasi tersebut dijalankan para mafia minyak yang delegitimasi oleh pejabat kementerian ESDM dengan mengatasnamakan reformasi tata kelola minyak.
"Itulah fungsi DPR dan pers mengawal. Kita harus jaga lembaganya agar tidak dibajak oknum. Karena itu aset yang secara institusi dibentuk. Hanya disalahgunakan oleh oknum-oknumnya," ucapnya. (ai)