Oleh Alfin Pulungan pada hari Rabu, 02 Sep 2020 - 09:08:24 WIB
Bagikan Berita ini :

Kunjungi Kupang, Wakil Kepala BPIP Bercerita Soal Perenungan Pancasila Bung Karno di NTT

tscom_news_photo_1599012486.jpg
Wakil Kepala BPIP Prof. Hariyono (kiri) bersama Gubernur NTT, Viktor Laiskodat (kanan) (Sumber foto : Humas BPIP)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof. Hariyono mengunjungi Kota Kupang, NTT pada Senin (31/08/2020). Dalam lawatannya ke Kota Kasih itu Hariyono menemui Gubernur NTT, Viktor Laiskodat, serta sejumlah Tokoh Lokal di sana sebelum melakukan dialog Internalisasi dan Institusionalisasi peraturan perundang undangan yang diadakan oleh kedeputian Hukum, Advokasi dan Regulasi.

NTT membawa kesan tersendiri bagi Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Negeri Malang itu. Menurutnya, NTT merupakan tempat permenungan dari Sang Penggali Pancasila Soekarno (Bung Karno).

Itulah yang membuat Hariyono menceritakan bagaimana proses perumusan nilai-nilai Pancasila yang digali oleh Bung Karno sejak tahun 1918 (tentang kebangsaan) 1927 (tentang Ketuhanan) dan Sosio-nasionalisme serta sosio-demokrasi hingga perjuangan dengan memimpin PNI dan Partindo yang kemudian ditangkap dan dibuang oleh Pemerintah Kolonial Belanda tahun 1934 ke Ende, Flores NTT.

Pemikiran bung Karno merupakan hasil galian dari nilai-niai luhur bangsa serta nilai-nilai perjuangan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pejuang sebelum dan sezamannya.

Bung Karno melakukan permenungan perjuangan di bawah pohon sukun di Ende, Kepulauan Flores, NTT. Hasil permenungan itulah yang kemudian melahirkan Pancasila pada 1 Juni 1945. Pemikiran Bung Karno tersebut kemudian disampaikan di depan sidang BPUPKI tanggal 1 Juni, yang kemudian dikenal sebagai hari Lahirnya Pancasila.

Kemudian setelah mengumpulkan 38 anggota Cuo Sangiin, Dewan Penasehat Jepang dan anggota BPUPK yang tinggal di Jakarta tanggal 18 - 21 Juli memimpin Panitia 9 yang diketuai Bung Karno, pada 22 Juni 1945 merumuskan usulan dari anggota anggota tersebut tentang dasar negara yang bersumber dari pidato 1 Juni. Hasil dialog para Tokoh Bangsa yang berjumlah 9 orang itu menghasilkan rumusan Piagam Jakarta.

Karena kebesaran hati dan kebijaksanaan dari Para Pendiri Bangsa yang menjunjung tinggi persatuan, rumusan Piagam Jakarta sedikit mengalami perubahan (dihapuskan 7. Kata dari Sila Pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”) setelah ada usulan dari wakil PPKI dari Indonesia Timur.

Rumusan yang kemudian dicantumkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar (UUD) 1945 itu disahkan pada 18 Agustus 1945 (kini diperingati sebagai Hari Konstitusi). 1 Juni, 22 Juni, dan 18 Agustus 1945 merupakan serangkaian peristiwa sejarah Lahirnya Dasar Negara Pancasila. Ketiga tanggal itu tidak bisa dinegasikan satu sama lainnya dalam kronik kelahiran dasar negara Bangsa Indonesia.

Terkait dengan proses penggalian dan perumusan Pancasila, Hariyono mengutarakan, perjuangan yang dilakukan oleh Presiden Pertama Indonesia (Soekarno) itu salah satunya tentang menghargai antara umat beragama atau toleransi agar masyarakat Indonesia yang beragam dapat bersatu. "Dengan bersatu kita bisa merdeka dan dengan bersatu kita bisa maju," katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan nilai toleransi itulah yang selama ini dipegang oleh Bangsa Indonesia, "karena menurut saya, apa yang diperjuangkan dan dilewati bangsa ini menemukan makna abstraksinya antara toleransi etnis dan toleransi antar umat beragama itu sangat kuat,” kata dia.

Hariyono berpendapat, pendiri Bangsa Indonesia menggali kearifan lokal dan kearifan beragama yang melahirkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, seperti yang telah disepakati sebagai Sila pertama dari Pancasila. Butir-butir dari sila pertama itu, kata Hariyono, harus diinternalisasi sebagai landasan moral atau etis. Termasuk dalam proses penyusunan peraturan perundang undangan.

“Nilai-nilai Pancasila secara de facto sudah dilakukan sejak dulu di NTT yang merupakan wakil dari Indonesia Timur menerapkan internalisasi Pancasila saat ini. Kita tinggal merawat dan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila yang lebih kontekstual dan sesuai kebutuhan zaman," pungkasnya.

tag: #ntt  #pancasila  #bpip  #soekarno  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement