Berita
Oleh Bachtiar pada hari Jumat, 04 Sep 2020 - 23:08:10 WIB
Bagikan Berita ini :

Prihatin Soal Sampah, Legislator Bali Ini Gaungkan Dua Solusi Pendekatan, Apa Saja Itu?

tscom_news_photo_1599235690.jpeg
I Nyoman Parta Anggota komisi VI DPR RI (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Legislator asal daerah pemilihan (dapil) Bali, I Nyoman Parta merasa prihatin dengan pola perilaku masyarakat maupun para pemangku kebijakan terkait penanganan sampah saat ini.

"Selama ini problem sampah diselesaikan dengan kumpul, ambil, angkut dan buang. Kebiasaan ini telah menjauhkan kita dari tanggung jawab pribadi untuk merawat lingkungan. Sampahku tanggung jawabku," tandas Politikus PDIP itu kepada wartawan, Jum"at (04/09/2020).

Menurutnya, sepanjang budaya kumpul, angkut dan buang membuat problem sampah tidak akan pernah terselesaikan.

"Biaya ooerasional makin tinggi . TPA makin penuh dan tidak terkendali, tapi sampah khususnya plastik berserakan dimana-mana," ungkapnya.

Oleh karena itu, kata Anggota Komisi VI DPR itu, ada hal yang harus di rekonstruksi kembali.

Pertama, di tingkat produsen semua perusahan yang menggunakan packaging dengan plastik harus melakukan redesain produk industrinnya.

"Disamping membatasi kemasan sachet, juga harus membuat produk kemasan dengan botol kaca produk isi ulang dan lain-lain."

Kedua, ditingkat masyarakat harus cerdas dengan produk plastik.

"Harus diet plastik. Mengurangi, mengurangi, mengurangi penggunaan plastik," sarannya.

Ketiga, pemberdayaan masyarakat untuk secara terus menerus memilih dan memilah sampah an organik dengan organik.

"Yang organik bisa diolah jadi kompos padat dan cair, bisa dengan pola biopori, bisa dengan komposter, bisa juga membuat septictank Organik, nantinya membuang sampah organiknya ke septictank yang khusus untuk sampah organik agar sampah organik tidak terbuang ke TPA," ujarnya.

Adapun terkait sampah plastik, Parta berharap kebiasaan masyarakat membuang sampah plastik tidak lagi dilakukan.

Karena sampah tersebut sesungguhnya bisa mendatangkan manfaat ekonomis untuk masyarakat itu sendiri.

"(Masyarakat) harus memilah sampah plastik untuk selanjutnya di bawa ke Bank sampah atau bisa juga dengan plastic Exchange dimana nantinya masyarakat bisa menukar plastik, botol kaca dan kardus di tukar dengan beras, buah, dan alat tulis dan lain-lain," katanya.

Parta optimis jika pola tersebut dapat konsisten diterapkan kepada masyarakat maka, sampah ke depannya bukan lagi sebagai sebuah problem.

"Manfaatnnya lingkungan kita akan lebih cepat bersih karena dengan kompensasi yang lebih baik rakyat akan tergerak mengumpulkan plastik tidak hanya yang ada dirumah tapi juga di jalan, got, parit dan sungai, sampah tidak bertuan akan ada yang mengambil karena ada motivasi untuk mendapatkan beras dan lain-lain," ujarnya.

"Ingat ini hanya untuk plastik yang sudah terpakai bukan plastik baru. Lagian juga tidak mungkin orang membeli satu kilo plastik baru akan ditukar dengan satu kilo beras karena harga plastik baru, baik itu botol, gelas, kresek maupun kantong plastik hargannya per satu kilonya lebih mahal," sambungnya.

Parta menjelaskan, dua pola pendekatan tadi adalah upaya mengubah mindset masyarakat soal sampah secara perlahan dan sustainable.

"Ini yang saya maksud dengan merekonstruksi cara penanganan sampah kita dengan membangun tanggung jawab kolektif. Yang organik selesai dan kembali ke alam, yang plastik kembalikan ke pabrik untuk di recycle. Plastic Exchange adalah solusi lebih cepat bersihkan lingkungan dari sampah plastik," pungkasnya.

tag: #sampah  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement