JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Kementerian Agama menggelar Rapat Koordinasi Nasional Forum Kerukunan Umat Bergama (FKUB) Tahun 2020 dengan tema Umat Rukun Indonesia Maju, Selas (3/11/2020). Acara yang menghadirkan Kepala Kantor Agama seluruh indonesia ini dibuka oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa kebhinekaan adalah anugerah dari tuhan. "Kebhinekaan adalah anugrah tuhan yang maha pengasih lagi maha penyanyang kepada bangsa indonesia. Harus kita rawat dan kita jaga," kata Presiden Jokowi, dikutip dari siaran pers BPIP, Selasa, 3 November 2020.
Ia juga mengatakan bahwa kerukunan antar agama tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan merupakan kesadaran bersama dan saling menghormati serta tidak memberikan ruang timbulnya saling curiga yang akan menghancurkan persatuan bangsa.
"Forum kerukunan umat bergamaa merupalan miniatur bangsa indonesia dan saya berharap tidak ada satupun yang ditinggalkan maupun dipinggirkan. Harus bisa mengayomi," tegasnya.
Presiden Jokowi lantas berpesan bahwa pemerintah harus mendukung dalam segala bentuk kegiatan yang mendorong nilai-nilai moderasi beragama.
Sebab, kata dia, tantangan hidup beragama kian berat ditengah arus informasi bebas yang sering membawa kabar hoaks dan ujaran kebencian. "Ini dibutuhlan figur agama yang mempersatuakan dan mejaga persatuan," katanya.
Sementara itu, Wakil Presiden Republik Indonesia Ma"ruf Amin yang hadir secara virtual menjelaskan bahwa Pancasila mewariskan tradisi kerukunan dan kedamaian. Ia berharap FKUB dapat terus berkontribusi dalam memelihara kerukunan bangsa.
"Berharap FKUB dapat memelihara kerukunan beragama dan menampung aspirasi ormas sampai mensosilaisakan peraturan perundangan-undangan yang berhubungan dengan keagamanan," jelasnya.
Senada dengan hal tersebut, Menteri Agama Fachrul Razi menegaskan bahwa keragaman merupakan takdir yang pemberian tuhan yang harus diterima. Hikmah dari keragaman, kata Fachrul, mendorong seseorang untuk menghargai pemeluk agama lain.
"Semua pemeluk agama harus berpandangan berpendapat agama yang dipeluknya adalah agama yang paling benar dan baik. Tapi harus menghargai penganut agama lain yang berpandangan serupa," jelas Fachrul.
Menteri dalam negeri Muhammad Tito Karnavian yang juga turut hadir secara virtual menjelaskan bahwa keberagaman di Indonesia merupakan keniscayaan yang belum tentu terjadi dinegara lain serta menjadi kekuatan bagi bangsa indonesia untuk terus maju.
Selain itu, diera kemajuan teknologi banyak pihak yang bisa membuat berita dan menjadi penulis yang lebih mempengaruhi daripada media konvensional.
"Teknologi yang semakin canggih sehingga komunikasi tidak ada batas. Sosial media lebih mempengaruhi daripada media konvensional,semua orang bisa menjadi penulis dan membuat berita. Di sini kerukunan agama harus kita rawat," ucap Tito.
Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia PBNU, Ahmad Rumadi, mengungkapkan bahwa di dalam memori bangsa Indonesia sejatinya tidak ada konflik keagamaan. Keragaman, kata dia sejak dulu kala adalah hal yang biasa dan tak diperdebatkan.
"Warna agama atau potret keberagamaan agama yang harmonis harus diawali oloh tokoh agama di dalamnya," ujar Rumadi.
Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo mengatakan untuk menjaga keragaman bangsa Indonesia harus mengaplikasikan nilai Pancasila. "Untuk menjaga keberagaman kita adalah mengaplikasikan nilai Pancasila," kata Benny.
Terkait era digitalisasi, Benny menjelaskan bahwa di era digitalisasi ini yang bahaya adalah lemahnya narasi dan tidak ada budaya kritis.
"Kemajuan teknologi ini banyak lemahnya narasi dan literasi. Selain itu, budaya kritis mati sehingga masyatakat tak jarang menerima informasi tanpa memfilternya terlebih dahulu," ungkapnya.
Untuk itu Benny menekankan bahwa penting bagi tokoh agama agar bisa menyuarakan nilai-nilai Pancasila melalui berbagai media. Mereka nantinya akan menjadi role model dalam pengaplikasian Pancasila bagi masyarakat.
Menurutnya, FKUB merupakan rumah indonesia yang memberikan peranan dan tempat bagi semua umat beragama untuk berkomunikasi dan merawat kerukunan serta tidak mengenal dominasi. "Diharapkan para pengurus menjadi negarawan yang bisa menjaga persatuan dan membatinkan Pancasila," kata Benny.