JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Umar Syadat Hasibuan menilai banjir di sejumlah titik di Kalimantan Selatan (Kalsel) disebabkan karena hutan dibabat habis-habisan. Pria yang akrab disapa Gus Umar iji mendesak pemerintah untuk mengusut siapa pemilik dari kebun kelapa sawit yang ada di seluruh Kalimantan.
"Kalimantan banjir karena hutan sudah habis dibabat untuk kebun kelapa sawit. Coba dicek siapa saja pemilik kebun sawit di seluruh Kalimantan?," ujar Gus Umar, sebagaimana dikutip dari akun Twitter @UmarAlChelsea_ pada Minggu, 17 Januari 2021..
Gus Umar menyampaikan hutan yang ada di Kalimantan saat ini sudah kian menipis. "Hari ini banjir di Kalsel, mungkin ke depan nyusul Kaltim, Kaltara atau Kalbar. Hutan di Kalimantan sudah menipis karena berubah jadi kebun sawit," katanya.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Indonesia Kalimantan Selatan Kiswoto Dwi Cahyono Kisworo mengatakan Walhi sudah mengingatkan bahwa Kalsel dalam kondisi darurat ruang dan darurat bencana ekologis. Hal itu merespons peristiwa banjir Kalsel yang melanda sejumlah wilayah.
"Kalsel dengan luas 3,7 juta hektare, ada 13 kabupaten kota, 50 persen Kalsel sudah dibebani izin tambang 33 persen dan perkebunan kelapa sawit 17 persen belum HTI dan HPH," kata Kiswoto kepada Tempo, Ahad, 17 Januari 2021.
Selain carut marut tata kelola lingkungan dan sumber daya alam, Kisworo menilai, rusaknya daya tampung dan daya dukung lingkungan, termasuk tutupan lahan dan daerah aliran sungai, banjir kali ini sudah bisa diprediksi terkait cuaca oleh BMKG.
Banjir Parah
Kabupaten Tanah Laut termasuk wilayah yang cukup parah terdampak banjir di Kalimantan Selatan. Dua kecamatannya yakni Kurau dan Bumi Makmur bak hilang ditenggelamkan banjir setinggi 2 meter karena hujan dan pasang air laut (rob) itu.
"Dua kecamatan ini paling membahayakan keselamatan warga sehingga kami lakukan evakuasi besar-besaran dalam tiga hari terakhir," kata Bupati Tanah Laut Sukamta di Pelaihari, Sabtu malam 16 Januari 2021.
Warga diungsikan ke beberapa desa di Kecamatan Tambang Ulang yang sudah didirikan posko pengungsian dan dapur umum. Sebagian juga ditempatkan di Kecamatan Pelaihari.
Diakui pria 57 tahun kelahiran Kulon Progo, Jawa Timur, itu, banjir awal tahun ini merupakan terbesar selama 34 tahun dia tinggal di kabupaten berjuluk Bumi Tuntung Pandang itu. Hingga Sabtu malam itu, hanya tiga dari 11 kecamatan yang relatif aman dari banjir di Tanah Laut--itu pun tercatat terjadi kenaikan debit air juga di ketiga wilayah kecamatan tersebut.