JAKARTA ( TEROPONG SENAYAN ) -- Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengklaim banyak orang di Arab Saudi ingin menjalin hubungan normal dengan Israel. Pompeo menyuarakan harapan bahwa Saudi akan bergabung dalam Perjanjian Abraham yang disepakati oleh pemerintahan Donald Trump.
"Saya berharap Kerajaan Arab Saudi dapat menemukan jalannya untuk bergabung dengan Abraham Accords. Saya tahu banyak orang di negara itu menginginkan hal itu terjadi," kata dia
Di bawah Perjanjian Abraham tahun lalu, empat negara mayoritas Arab yakni Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan setuju untuk menjalin hubungan dengan Israel.
Komentar itu disampaikan Pompeo dalam rekaman video pidato pada Combat Anti-Semitism Movement, yang akan memberinya penghargaan kepemimpinan global pada Senin (1/3/21).
Selama ini media-media Israel membuat spekulasi tentang negara-negara Arab lain yang tertarik untuk bergabung dengan pakta tersebut, termasuk Arab Saudi. Wacana bergabungnya Arab Saudi dianggap sebagai hadiah paling berharga bagi negara Yahudi tersebut.
"Memprediksi masa depan telah membuktikan perjuangan bagi saya," kata Pompeo seperti dikutip dari AFP.
Dia juga meyakini akan lebih banyak lagi negara-negara yang ingin memiliki hubungan dengan Israel. Beberapa waktu lalu Pompeo dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga diisukan bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman di kota Laut Merah, Neom. Tapi hal itu langsung dibantah oleh Riyadh. Namun tetap memicu spekulasi di Israel bahwa kesepakatan normalisasi diprediksi sudah dekat
Arab Saudi sendiri telah menegaskan sikapnya untuk tidak menjalin hubungan dengan Israel sampai kesepakatan tercapai untuk menyelesaikan konflik Palestina. Pemerintahan Trump mendekati Riyadh ketika berusaha mengisolasi musuh bersama mereka, Iran. AS di bawah Trump juga menahan kritik keras atas dugaan pelanggaran HAM di kerajaan, termasuk atas pembunuhan jurnalis Saudi dan kritikus kerajaan Jamal Khashoggi pada 2018.
Berbeda dengan Trump, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa Washington akan "meminta pertanggungjawaban (Arab Saudi) atas pelanggaran hak asasi manusia". Langkah ini diambil menyusul laporan intelijen AS yang menemukan putra mahkota Mohammed bin Salman menyetujui pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.