JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid alias HWN mengapresiasi kesigapan dan keberhasilan Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri yang telah sukses mengevakuasi WNI terdata di Afganistan.
Bahkan juga dengan WNI dengan pasangannya yang warga Afganistan, tanpa ada kendala sebagaimana tragedi yang terjadi saat pesawat Amerika Serikat akan mengevakuasi warganya dari Afganistan.
HNW sapaan akrabnya berharap WNI dan mereka yang berhasil dievakuasi dari Afganistan, yang dijadwalkan tiba di bandara Soekarno Hatta dini hari ini, Sabtu (21/8) waktu Jakarta, tetap mendapatkan hak-hak mereka sebagai Warga Negara.
Sementara Pejabat KBRI yang masih bertugas di Kabul agar terus dipastikan terjaminnya keselamatan dan kelancaran kerjanya sebagaimana janji Taliban.
Selain itu, lanjutnya, semestinya evakuasi ini juga bukan berarti Indonesia melarikan diri dari tanggung jawab dalam keterlibatan untuk menghadirkan perdamaian dunia, sebagaimana perintah Konstitusi, tetapi juga sebagai perwujudan dari amanat konstitusi. Yaitu melindungi seluruh Bangsa Indonesia apalagi yang berada di daerah konflik, sebagaimana diatur juga dalam Pasal 21 UU No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri.
“Kesigapan Pemerintah untuk segera mengevakuasi WNI, sebagaimana sudah disuarakan oleh Pimpinan MPR dan anggota DPR Komisi I yang membidangi urusan luar negeri, bahkan lebih cepat dan tanpa hambatan dibanding dengan proses evakuasi terhadap WNI di Wuhan saat awal masa pandemi covid-19. Ini tentu juga berkat hubungan baik Indonesia dengan para pihak di Afghanistan,” ujar Hidayat yang juga anggota DPR RI dari Dapil Jakarta II meliputi Luar Negeri melalui siaran pers di Jakarta, Sabtu (21/8).
Oleh karena itu, lanjut HNW, dengan mempertimbangkan hubungan baik yamg sudah terjalin antara Indonesia dengan Afghanistan bahkan dengan Taliban yang pernah secara resmi berkunjung ke Indonesia dan diterima secara resmi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dan PBNU, maka sewajarnya Menteri Luar Negeri harus terus bersikap konstruktitf untuk mendorong masyarakat dunia membantu menyelesaikan masalah di Afganistan ini dengan pendekatan yang oleh Menlu disebut sebagai Afghan-Led dan Afghan-Owned. Yaitu mengedepankan maslahat dan kepentingan Afganistan dalam mewujudkan perdamaian dan solusi dengan melibatkan seluruh pihak di internal Afghanistan.
“Sikap Menlu yang bijak ini penting disuarakan lebih serius dan lebih aktif melalui forum-forum internasional seperti di PBB maupun OKI. Dan, karena de facto sekarang Taliban yang “menguasai” Afganistan tetapi masih ada perlawanan dari Panshir dipimpin oleh Ahmad Mashood dan Wapres Amrullah Sholih, maka penting juga bagi Kemenlu RI untuk melakukan peran lobinya agar bisa dihindarkan perang dan konflik terbuka sesama warga Afghanistan, yang akan makin menyeret Afganistan kepada kondisi politik, ekonomi maupun sosial yang makin buruk dan makin menyengsarakan Negara dan Bangsa Afganistan,” jelasnya.
Sedangkan kepada Taliban, HNW mengatakan juga penting diingatkan agar mereka dapat belajar dari pengalaman buruk dan citra negatif saat mereka pada 20 tahun-an yang lalu pernah memerintah di Afganistan, dan tidak mengulanginya lagi, dengan sungguh-sungguh mewujudkan janji-janji yang sudah mereka publikasikan sendiri bahwa mereka bukan Taliban yang dulu.
Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengatakan bahwa Pemerintah Taliban harus terus membuktikan secara terbuka kepada dunia bahwa sekarang Taliban siap melakukan kebijakan ke arah yang lebih baik, sebagaimana yang mereka buktikan memasuki dan menguasai Kabul dengan damai tanpa letusan senjata.
Selain itu, mereka juga harus merealisasikan janji-janji terbuka mereka terkait penghormatan terhadap hak-hak Perempuan, pengampunan umum, jaminan keamanan warga asing, tidak menjadikan Afganistan sebagai tempat terorisme menyerang/membahayakan warga dan negara Asing, termasuk tidak menjadikan Afganistan sebagai daerah transaksi narkoba internasional.
“Itu semua agar benar-benar dilaksanakan dengan serius, demi kebaikan dan kemaslahatan Bangsa dan Negara Afganistan dan dampaknya pada hubungan dengan dunia dan masyarakat internasional, dan juga citra Islam sebagai agama yang Rahmatan lil alamin tetapi sering disalahpahami dengan dikaitkan dengan teror dan terorisme, intoleransi, tak ramah perempuan dan lain-lain," pungkas HNW.