Oleh Sahlan Ake pada hari Selasa, 05 Apr 2022 - 10:34:26 WIB
Bagikan Berita ini :

Dr. Salim : Elit Politik Harus Belajar Dari Muhammad Natsir Dalam Menjaga Integrasi Nasional

tscom_news_photo_1649129666.jpg
Jazuli Juwaini Ketua Fraksi PKS (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Fraksi PKS DPR RI kembali menggelar acara Mimbar Demokrasi dan Kebangsaan Edisi Spesial Peringatan Mosi Integral Muhammad Natsir 3 April 1950 dengan Tema "Spirit Transformasi dan Kolaborasi Dalam Menjaga Integrasi Nasional" pada Senin (4/4).

Tampil sebagai narasumber Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto, Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra, Ketua Umum DDII Adian Husaini, dan Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid. Sambutan disampaikan oleh Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini dan dibuka secara resmi oleh Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri.

Salim Segaf dalam keynote speech nya menyebut Muhammad Natsir sebagai tokoh pemersatu bangsa yang mengembalikan wilayah-wilayah Indonesia Serikat bentukan Belanda ke pangkuan NKRI. Menurut Salim, elit politik hari ini harus belajar dari Muhammad Natsir bagaimana mencari titik temu kebangsaan di tengah tantangan dan ancaman disintegrasi nasional.

"Ada empat pelajaran penting dari sosok Muhammad Natsir. Pertama, Natsir punya jiwa dan pikiran besar untuk Indonesia, visioner, dan melampaui problematika bangsanya. Bangsa ini bangsa besar. Butuh konsepsi besar untuk menjaga keutuhannya," ujar Menteri Sosial RI 2009-2014.

Kedua, kejelian Muhammad Natsir dalam menemukan dan membangun titik temu kebangsaan. Beliau adalah seorang tokoh politik yang cerdas, santun dan elegan, pandai berkomunikasi dan jago lobi dalam urusan-urusan kebangsaan sehingga mampu menyatukan NKRI dengan Mosi Integralnya.

"Natsir yang Tokoh Partai Islam Masyumi menegaskan tidak ada dikotomi bahkan tidak ada jarak antara agama dan nasionalisme. Baginya menjadi nasionalis berarti harus agamis. Sebaliknya, menjadi agamis berarti harus nasionalis. Tidak ada perdebatan," tandas Salim.

Ketiga, Muhammad Natsir mempraktekkan politik adiluhung atau high politic, bukan politik pragmatis apalagi oportunis. Siapapun kita terutama pejabat publik dari partai dan golongan manapun, tampilkan politik yang menjunjung tinggi etika dan moralitas yang berlandaskan Pancasila dan Konstitusi UUD 1945. Sifat-sifat ambisius dan oportunistik dalam berpolitik yang akan merusak demokrasi dan menghancurkan kohesi sosial dan integrasi nasional kita.

Keempat, menurut mantan Dubes RI di Arab Saudi ini, relevan dengan tema, Muhammad Natsir adalah tokoh yang mencontohkan semangat transformasi dan kolaborasi dalam membangun bangsa.

"Kita butuh pemimpin yang negarawan, yang taat konstitusi dan Pancasila, yang aktif membangun kohesi sosial, aktif melakukan transformasi dan kolaborasi dengan seluruh elemen bangsa, memiliki rasa empati dan kepedulian serta terus menggalang solidaritas sosial nasional," tandas Salim.

Sementara itu, Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini mengatakan bahwa peringatan mosi integral M. Natsir digelar setiap tahun oleh Fraksi PKS DPR untuk menghormati jasa M. Natsir sebagai pahlawan NKRI dan menyambung mata rantai sejarah agar tidak terputus sehingga generasi bangsa memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga integrasi Nasional.

tag: #jazuli  #pks  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
HUTRI78
advertisement
HUT RI 78 - AHMAD NAJIB
advertisement
HUT RI 78 - BAMSOET
advertisement
Lainnya
Berita

Dialog di Boyolali, Puan Tegaskan Dukungan untuk Kemajuan Seniman

Oleh Sahlan Ake
pada hari Minggu, 03 Des 2023
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ketua DPR RI Puan Maharani berdialog dengan para seniman saat melakukan kunjungan kerja ke Boyolali, Jawa Tengah. Dalam kesempatan itu, ia menyebut bahwa hasil karya para ...
Berita

Puan Soal Debat Khusus Cawapres: Ikuti Aturan Sesuai yang Telah Disepakati

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ketua DPR RI Puan Maharani menanggapi soal perubahan format debat pasangan calon pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 di mana debat khusus cawapres akan "dihilangkan". ...