JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Acara perdana kanalkopi pahit ngobrol ngobrol santai dengan tema ; Mypertamina bisakah menjadi alat untuk mengontrol solar dan pertalite subsidi? (7 Juli 2022), yang dihadiri sekitar 30 peserta onlen zoom dan 15 orang peserta ofline di Kidow Resto Bintaro berlangsung cukup seru dan diwarnai perdebatan.
Salamuddin Daeng dari AEPI pembicara awal memaparkan bahwa sebetulnya Mypertamina yang merupakan platform digital Pertamina bukan barang baru. Mypertamina telah ada sejak 2016 lalu yang dibangun untuk menyongsong era digitalisasi. Baru baru ini platform Mypertamina hendak digunakan sebagai alat untuk pendataan konsumsi BBM terutama untuk memantau BBM subsidi yakni pertalite dan solar.
Salamuddin Daeng mengatakan bahwa Mypertamina memang penting untuk segera dioptimalkan sebagai jawaban atas tiga hal yang tengah dihadapi Indonesia terkait dengan krisis energi sekarang ini yakni ;
Pertama; meningkatnya harga minyak dunia dan merosotnya nilai tukar rupiah terhadap US dolar. Kondisi ini telah membawa Indonesia ke dalam krisis energi dan kemungkinan akan semakin parah ke depan.
Kedua, membengkak nilai subsidi bahan bakar minyak. Sekarang saja subsidi energi di Indonesia sekitar Rp. 500 triliun lebih dan Rp. 420 triliun lebih adalah subsidi BBM. Kemampuan negara dalam menyediakan anggaran subsidi diragukan, sementara keuangan Pertamina dalam menjalankan tugasnya menyediakan BBM bagi seluruh rakyat terancam oleh masalah keuangan.
Ketiga; jebonya volume pertalite dan solar subsidi karena peningkatan permintaan kedua jenis BBM ini. Kuota pertalite subsidi akan naik menjadi 28 miliar liter dan kuota solar subsidi akan naik menjadi 18 miliar liter. Peningkatan ini terancam tidak dapat dipenuhi Pertamina karena terkendala masalah stok dan anggaran.
Menurut peneliti AEPI Salamuddin Daeng dengan mengutip pernyataan Direktur Pertamina Nicke Widyawati bahwa banyak BBM bersubsidi tidak tepat sasar. Solar subsidi misalnya banyak yang digunakan oleh pengusaha sawit dan pertambangan. Salamuddin mengatakan bahwa hal ini tidak sesuai dengan tujuan dari subsidi itu sendiri. Oleh karena itu maka diperlukan kontrol dan pengawasan secara ketat. Karena banyak BBM subsidi yang diselewengkan.
Namun kontrol terhadap BBM subsidi tentu membutuhkan data yang akurat. Sehingga Mypertamina sebagai platform pendataan digital diharapkan akan menghasilkan data siapa yang selama ini mengkonsumsi solar dan pertalite subsidi dan berapa banyak mereka mengkonsumsi. Data ini penting sekali di era digitalisasi dan keterbukaan informasi. Sehingga ke depan pembatasan konsumsi BBM subsidi dan alokasi untuk kelompok tertentu saja menjadi mudah dilakukan.
Dengan demikian subsidi BBM yang sangat besar sekarang akibat mis-alokasi BBM subsidi, anggarannya bisa dialihkan untuk subsidi kepada orang yang berhak. Subsidi dalam jumlah besar seharusnya diperuntukkan bagi 40 persen golongan paling miskin di Indonesia, atau bagi masyarakat yang termasuk dalam kelompok miskin sekitar 9-10 juta penduduk Indonesia. Kelompok inilah yang harus mendapat prioritas untuk diselamatkan oleh negara melalui pemerintah.
"Namun ada yang berusaha merecoki Mypertamina sebagai alat pendataan karena kepentingan mereka terganggu. Mereka takut dalam era digitalisasi akan ketahuan siapa raksasa yang menelan BBM subdisi. Ada juga yang takut bisnis ilegal BBM dan solar kencingan (curian) yang jumlahnya disinyalir sangat besar, dengan digitalisasi Mypertamina semua akan terbuka," ucapnya.
Selanjutnya John Helmi Mempi dari pembicara dari komunitas dukun coffee mengatakan bahwa selama ini pengawasan sektor migas adalah bagian paling sulit. Mengingat banyaknya kepentingan yang bersinggungan dalam masalah BBM.
Menurutnya di masa orde baru negara melalui pemerintah bisa mengawasi dan menertibkan pelaku pelaku sektor migas dan membagi peran diantara mereka, sehingga situasi relatif kondusif. Namun era reformasi kekuasaan negara telah berpindah ke tangan partai politik dan oligarki sehingga persaingan diantara mereka dalam sektor migas makin sulit dikendalikan.
Namun John Mempi mengatakan bahwa idealisme anak anak muda di Pertamina yang membangun platform digital MyPertamina bagi instrumen kontrol BBM subsidi silakan dilanjutkan. Meskipun Mypertamina menjadi polemik sekarang ini dan ada yang meributkannya itu hal biasa. Sekarang di era reformasi semua hal pasti diributkan orang. Namun kata John jika Mypertamina adalah sebuah niat baik, untuk tujuan yang baik, maka sejarah akan mencatat. Pertamina telah melakukan upaya untuk mengurangi jebolnya BBM subsidi.
Chaeruddin Affan selaku moderator dalam diskusi ini menyusahkan pertanyaan terkait bagaimana MyPertamina pada tingkat tehnis pelaksanaan dapat menentukan siapa yang berhak atas pertalite subsidi dan siapa yang tidak berhak. Ini adalah tantangan bagi platform digital MyPertamina untuk dapat membuat sistem data sesuai tujuan membatasi BBM subsidi dan mengalokasikan BBM bagi kelompok yang berhak.
Penanggap Ugan Gandar mantan Ketua Serikat Pekerja Pertamina melihat aspek regulasi mengenai siapa sebetulnya yang berkewajiban melakukan pengawasan. Mengapa pengawasan selama ini tidak optilmal. Ada lembaga negara yang tidak melaksanakan fungsinya dengan baik.
Sementara Ariyadi Ahmad aktifis senior mengatakan setuju dengan Mypertamina dengan prioritas utama mengontrol solar subsidi.
Ariyadi memberi catatan pada adanya isue polemik dugaan akan adanya pungutan dalam topup Mypertamina yang bisa menyulitkan masyarakat.
Selanjutnya Mamit Setiawan dari energi watch menjelaskan bahwa Mypertamina hanyalah flatform pendataan digital, yang nantinya diharapkan dapat menjadi basis data bagi kebijakan strategis dalam menghentikan jebolnya BBM subsidi dan optimalisasi anggaran subsidi negara bagi yang berhak menerimanya.