Opini
Oleh Uchok Sky Khadafi Aktivis 98, Direktur Eksekutif Center for Budget Analisys (CBA) pada hari Rabu, 17 Jul 2024 - 20:29:20 WIB
Bagikan Berita ini :

"Bom Atom" Itu Bernama Starlink

tscom_news_photo_1721222960.jpg
Uchok Sky Khadafi Direktur Eksekutif CBA (Sumber foto : Istimewa)

Boom begitulah gambaran atau suasana ketika sebuah senjata berskala besar meledak ketika tombolnya ditekan lalu kemudian senjatanya dijatuhkan dalam sebuah pertempuran. Gambaran itu (boom) rasanya mirip jika disandingkan dengan kehadiran raksasa teknologi dunia milik Elon Musk bernama Starlink ketika pertama kali datang ke Indonesia.

Kehadirannya yang mendadak bagaikan bom atom yang dijatuhkan pilot pesawat pembom (B-29) milik pasukan sekutu di atas langit Hiroshima dan Nagasaki yang membuat makhluk dan benda apapun di bawahnya kaget dan terkoyak imbas efek dahsyatnya ledakan tersebut.

Jika bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki diangkut pesawat B-29, kira-kira gerangan "pesawat" model apa yang angkut Starlink ke cakrawala kita? Mungkin "pesawat siluman" yang diawaki "para siluman", tapi entahlah, hanya waktu yang akan menjawabnya! Di mana radar (regulasi) kita, kok tak mampu deteksi "pesawat siluman" yang angkut "little boy-fat man" nama bom Atom yang luluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki. "Radar" kita sedang ""rusak" mungkin!

Jika dicermati dan dikaji secara mendalam, kehadiran Starlink justru berpotensi menciptakan "ledakan" dahsyat terhadap sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara (mulai dari ekonomi, hukum, budaya, agama, politik dan lainnya). Sederet persoalan baik yang bersifat sederhana hingga kompleks bakal muncul ke permukaan dan berimbas pada stabilitas (politik, sosial dan ekonomi).


A. Industri Telco Terancam Gulung Tikar

Sebelum hadirnya Starlink, industri Telco tanah air tengah gencar-gencarnya membangun sejumlah infrastruktur telekomunikasi untuk memberikan akses pemerataan informasi bagi seluruh rakyat Indonesia. Mulai dari pembangunan BTS, penambahan jaringan fiber optik, pembelian satelit hingga membangun data center.

Proyek-proyek tersebut selain menghabiskan biaya yang tak sedikit, juga ditujukan guna membantu kegiatan perekonomian masyarakat (ada trickle down effect dibalik pembangunan itu semua). Itu fakta yang tak bisa dinafikan dan mestinya jadi perhatian pemerintah. Tak terbayang jika investasi tersebut yang sudah berjalan bakal terhenti di tengah jalan. Berapa nilai kerugian yang bakal diderita industri Telco tanah air kita. Sejumlah investasi bakal mangkrak, nilai saham ISP-ISP lokal jelas akan terkoreksi.

Kondisi semacam ini jika dibiarkan, selain bakal menjadi beban berat negara juga bakal menimbulkan efek domino yang tak terbayangkan. Kenapa jadi beban berat negara? Karena negara bakal terbebani berbagai persoalan yang tak bisa dianggap enteng (pemasukan dari industri Telco selama ini kepada negara bakal berkurang salah satunya-PNBP).


B. PHK Tak Bisa Dihindari

Tak pelak, jika industri Telco mengalami penurunan pendapatan pasca kehadiran pemain asing dalam hal ini Starlink dampaknya ratusan ribu pekerja produktif di industri Telco bakal terimbas PHK. Situasi ini tak bisa dihindari. Lagi-lagi negara bakal terbebani jika kondisi ini benar-benar terjadi. Angka pengangguran bakal meroket tajam.

Langkah pemerintah untuk menurunkan angka pengangguran pun rasanya hanya angan belaka. Kondisi ini bisa dikatakan semacam anomali karena sejatinya investasi diharapkan mampu menyerap tenaga kerja justru investasi yang digelontorkan Starlink berpotensi menghambat serapan tenaga kerja yang selama ini dilakukan industri Telco tanah air.


C. Bagaimana Caranya Negara Jinakan "Bom Waktu" Itu?

Jika mau berkaca pada potensi dampak yang bakal ditimbulkan dibalik itu semua, Pemerintah harusnya memikirkan langkah antisipatif untuk bagaimana caranya kondisi itu tidak terjadi.

Pertama, Pemerintah seharusnya membuat regulasi yang mencerminkan keberpihakan kepada kepentingan nasional (hindari PHK, genjot pertumbuhan ekonomi dan lainnya).

Kedua, Pemerintah harus berani menekankan kepada investor asing (Starlink) tentang komitmen mereka terhadap serapan tenaga kerja lokal.

Ketiga, Pemerintah harus bisa memastikan bahwa kehadiran Starlink tidak mengganggu ekosistem industri telekomunikasi yang sudah ada sebelumnya. Artinya, kehadiran Starlink hanya ditujukan untuk mengisi kekosongan yang belum dijamah industri Telco tanah air (menyediakan akses internet bagi masyarakat daerah terdepan, terluar, tertinggal).

Keempat, Pemerintah harus menghadirkan iklim investasi berkeadilan. Investasi asing penting, namun menjadi negara berdaulat tanpa didikte kepentingan asing pun dengan embel-embel investasi menjadi jauh lebih penting.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
HUT RI 79 - SOKSI
advertisement
HUT RI 79 - ADIES KADIR
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

AstabratA Institute: Warisan Utang Pemerintah Jokowi

Oleh Agusto Sulistio - Mantan Kepala Aksi dan Advokasi PIJAR era90an
pada hari Sabtu, 07 Sep 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Pemerintahan Presiden Joko Widodo akan meninggalkan beban utang yang sangat besar bagi pemerintahan baru. Menjelang transisi kekuasaan, angka utang Indonesia kian ...
Opini

KIM Plus: Lonceng Kematian Demokrasi

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Menyusul Putusan MK No.12/2024 yang memenangkan Prabowo-Gibran, Koalisi Indonesia Maju yang mengusung pasangan itu langsung berkonsolidasi untuk meraih sasaran berikutnya: ...