Oleh DR Chudry Sitompul,Praktisi dan Pengamat Hukum. pada hari Jumat, 07 Feb 2025 - 22:02:48 WIB
Bagikan Berita ini :

Optimalisasi Sistem Bikameral di Indonesia: Tantangan dan Solusi.

tscom_news_photo_1738940562.png
(Sumber foto : )

Sistem politik Indonesia menganut sistem bikameral, yang terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di bawah naungan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Namun, dalam praktiknya, sistem ini masih menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait efektivitas peran DPD dalam perumusan kebijakan. Artikel ini membahas bagaimana sistem bikameral Indonesia dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas demokrasi dan pemerintahan.

Sistem Bikameral di Indonesia: Sebuah Tinjauan

Dalam banyak negara, sistem bikameral bertujuan untuk menyeimbangkan representasi politik. Di Amerika Serikat, misalnya, Kongres terdiri dari Senat dan House of Representatives, di mana Senat mewakili negara bagian dan memiliki kekuatan legislatif penuh. Sementara di Indonesia, sistem bikameralnya berbeda karena DPD tidak memiliki kewenangan legislatif yang setara dengan DPR.

DPD dibentuk sebagai perwakilan daerah, tetapi wewenangnya dalam legislasi sangat terbatas. Dalam praktiknya, DPD hanya dapat memberikan masukan dalam pembuatan undang-undang yang berkaitan dengan daerah, tetapi tidak memiliki hak untuk mengesahkan atau menolak undang-undang. Hal ini menimbulkan ketidakseimbangan peran dalam sistem legislasi nasional, yang berpotensi mengurangi efektivitas pengawasan dan representasi daerah.

Tantangan dalam Sistem Bikameral Indonesia

1. Keterbatasan Kewenangan DPD

DPD tidak memiliki hak legislasi penuh dan hanya berperan sebagai pemberi pertimbangan dalam pembuatan undang-undang.

Tidak memiliki kewenangan dalam menyetujui anggaran negara atau mengawasi kebijakan pemerintah secara langsung.

2. Ketimpangan Kekuatan antara DPR dan DPD

DPR memiliki peran dominan dalam legislasi, pengawasan, dan anggaran, sementara DPD hanya berperan sebagai mitra yang memberikan rekomendasi.

Akibatnya, kepentingan daerah sering kali tidak mendapatkan porsi yang cukup dalam kebijakan nasional.

3. Kurangnya Efektivitas dalam Sistem Checks and Balances

Seharusnya, keberadaan dua kamar dalam parlemen dapat meningkatkan mekanisme checks and balances, tetapi karena DPD memiliki kewenangan yang lemah, hal ini tidak berjalan secara optimal.

Ketergantungan pada DPR dalam legislasi sering kali menyebabkan dominasi partai politik dalam pengambilan keputusan nasional.

4. Tantangan dalam Representasi Daerah

Pemilihan anggota DPD tidak selalu mencerminkan keterwakilan daerah secara efektif karena jumlah anggota DPD dari setiap provinsi dibatasi sama (terlepas dari jumlah penduduk provinsi tersebut).

DPD juga tidak memiliki peran dalam menentukan anggaran daerah, sehingga aspirasi daerah tidak dapat diperjuangkan secara maksimal.


Optimalisasi Sistem Bikameral: Langkah-Langkah Solusi

Agar sistem bikameral di Indonesia dapat berjalan lebih efektif, diperlukan beberapa reformasi, di antaranya:

1. Penguatan Kewenangan DPD dalam Legislasi

DPD harus diberikan kewenangan lebih besar dalam pembuatan undang-undang, terutama yang berkaitan dengan kepentingan daerah.

Peran DPD dalam pembahasan APBN dan pengawasan kebijakan desentralisasi harus diperkuat.


2. Memperjelas Pembagian Peran antara DPR dan DPD

DPR tetap menjadi badan utama dalam legislasi nasional, tetapi DPD harus memiliki hak untuk mengajukan, mengamandemen, dan bahkan menolak undang-undang yang berkaitan dengan daerah.

Dalam sistem negara-negara lain, seperti Jerman dan Australia, perwakilan daerah memiliki kewenangan dalam legislasi yang lebih kuat, dan Indonesia dapat mengambil inspirasi dari model ini.


3. Meningkatkan Fungsi Checks and Balances

DPD harus memiliki hak veto terbatas terhadap kebijakan nasional yang berdampak langsung pada daerah.

Memastikan bahwa pengawasan terhadap pemerintah dilakukan secara independen oleh kedua lembaga tanpa dominasi DPR.


4. Reformasi Pemilihan dan Representasi DPD

Perlu dikaji ulang jumlah perwakilan DPD agar lebih proporsional terhadap jumlah penduduk di masing-masing daerah.

Memperkuat transparansi dan akuntabilitas dalam pemilihan anggota DPD agar benar-benar mewakili kepentingan daerah.


5. Memperkuat Sumber Daya dan Kapasitas DPD

DPD perlu memiliki akses lebih besar terhadap sumber daya riset dan kebijakan agar dapat memberikan masukan berbasis data dalam perumusan undang-undang.

Peningkatan kapasitas anggota DPD melalui pelatihan kebijakan publik dan legislasi yang lebih komprehensif.


Kesimpulan

Sistem bikameral di Indonesia masih perlu dioptimalkan agar lebih efektif dalam menjaga keseimbangan kekuasaan dan meningkatkan representasi daerah. Penguatan peran DPD menjadi kunci utama dalam menciptakan parlemen yang lebih demokratis dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Jika reformasi yang diperlukan dapat dijalankan, sistem ini dapat memberikan manfaat besar bagi stabilitas politik dan pembangunan nasional.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

SURAT TERBUKA: Emas Sebagai Cadangan Strategis Nasional Kepada Presiden Republik Indonesia, Jenderal (Purn) Prabowo Subianto

Oleh Andi Rahmat, Mantan Anggota DPR RI 2004-2009/2009-2014
pada hari Jumat, 07 Feb 2025
Yang Terhormat Presiden Republik Indonesia, Emas telah menjadi pilar fundamental dalam sejarah peradaban manusia, tidak hanya sebagai komoditas bernilai tinggi, tetapi juga sebagai instrumen ...
Opini

Oligarki, Hukum, dan Keseimbangan Sosial: Membangun Ruang Demokrasi yang Sehat

Di balik wajah manis dan retorika pembangunan, oligarki di Indonesia semakin menunjukkan wajah aslinya: dominasi ekonomi yang diperkuat oleh kekuasaan politik, sering kali dengan mengorbankan hak-hak ...