JAKARTA, TEROPONGSENAYAN.COM - Jakarta pagi itu terasa sejuk, seakan turut menyambut langkah para tokoh, kader, dan aktivis Partai Golkar yang berdatangan ke Kantor DPP. Di tengah suasana pasca-Lebaran, Halalbihalal Golkar bukan sekadar seremoni—ia menjadi ruang batin, tempat sejarah, loyalitas, dan masa depan bertemu dalam satu titik.
Ruangan utama sudah penuh saat Ketua Umum Partai Golkar menaiki podium. Dalam sekejap, suara riuh mereda, diganti hening yang menghormat. Dengan tenang namun penuh keyakinan, Ketua Umum berbicara. Ia tidak membaca teks, tetapi bicara dari hati—dan mungkin, dari lapisan-lapisan pengalaman yang tak mudah ditebak dari luar.
Satu kalimatnya membuat banyak hadirin terdiam, bahkan sebagian tampak mengangguk perlahan:
“Diriku sendiri adalah sebuah institusi.”
Banyak tafsir mengalir dari kalimat ini. Bagi sebagian, itu adalah bentuk afirmasi identitas dan tanggung jawab yang begitu melekat antara sosok Ketua Umum dan partai yang dipimpinnya. Sebagian lain melihatnya sebagai refleksi tentang bagaimana kepemimpinan bukan hanya soal jabatan, tapi tentang integritas yang menyatu dengan ruh institusi.
“Saya kira itu bukan kesombongan,” ujar Agung Laksono, tokoh senior yang hadir dengan wajah tenang dan mata yang berbinar. “Itu pengingat, bahwa seorang pemimpin harus menjadi teladan, bukan hanya simbol. Ia harus hidup sebagai representasi nilai-nilai partai.”
Hal serupa diungkapkan oleh Zainuddin Amali, yang kini lebih banyak terlibat di dunia olahraga nasional, namun tetap menjaga ikatan batin dengan partai. “Pernyataan itu menggugah. Di era ketika partai sering dituding sekadar kendaraan politik, kita butuh pemimpin yang menyatu dengan perjuangan, bukan yang numpang lewat.”
Dalam pidatonya, Ketua Umum juga menegaskan bahwa dinamika partai adalah keniscayaan, dan bahwa Partai Golkar harus senantiasa adaptif terhadap perubahan zaman. Dedikasi dan pengorbanan menjadi kata kunci. Ia menekankan bahwa tanggung jawab kader tak dibatasi oleh jabatan.
“Pengembangan dan pengabdian adalah tugas utama yang melekat pada setiap kader, baik di dalam maupun di luar struktur,” ucapnya.
Kutipan ini disambut hangat oleh para aktivis muda yang hadir. Dave Laksono, anggota DPR RI yang dikenal vokal dan progresif, berujar, “Itu sangat relevan buat generasi kami. Banyak kader muda yang berkontribusi di luar struktur formal, dan pernyataan itu memberi legitimasi serta semangat.”
Sementara itu, Yorrys Raweyai, tokoh yang tak asing dalam sejarah panjang Golkar, memberikan refleksi yang lebih dalam:
“Halalbihalal ini bukan cuma ajang silaturahmi, tapi momentum kontemplasi. Kita semua harus sadar bahwa politik bukan hanya tentang kekuasaan, tapi tentang keberlanjutan nilai.”
Dari sisi perempuan, suara yang tak kalah menggugah datang dari Hetifah Sjaifudian, Wakil Ketua Komisi X DPR RI. “Saya menangkap makna personal dari pidato itu. Bahwa pengabdian dalam politik sering kali sunyi dan tak selalu dihargai. Tapi jika kita menjadikan diri kita sebagai ‘institusi nilai’, maka kita tidak akan mudah goyah oleh pragmatisme,” ujarnya.
Ia juga menegaskan pentingnya peran kader perempuan dalam memperluas makna pengabdian.
“Golkar punya sejarah panjang dengan kader-kader perempuan tangguh. Tugas kita sekarang adalah menyalakan kembali obor pengabdian itu, dalam struktur maupun dalam gerakan sosial di akar rumput.”
Ketika acara usai, para tamu tampak enggan beranjak. Banyak yang terlibat dalam obrolan kecil namun bermakna, mengenang masa lalu dan membayangkan masa depan partai. Ada senyum, pelukan, bahkan air mata haru.
Dan dalam benak banyak yang hadir hari itu, kalimat “diriku adalah institusi” tak lagi menjadi tanda tanya. Ia adalah semacam ikrar diam—tentang keberanian memikul beban sejarah, dan kerelaan membayar harga dari sebuah kesetiaan.
Di tengah kabut politik yang kadang membingungkan arah, Golkar masih punya rumah, dan rumah itu hari ini terasa hidup
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #