Oleh Ariady Achmad dan Tim TeropongSenayan.com pada hari Selasa, 10 Jun 2025 - 18:20:39 WIB
Bagikan Berita ini :

Nikel: Antara Berkah Sumber Daya dan Tanggung Jawab Masa Depan

tscom_news_photo_1749554439.jpg
Nikel Raja Ampat (Sumber foto : Media Indonesia)

TEROPONGSENAYAN.COM - Di tengah transisi energi global dan perlombaan teknologi masa depan, nikel kian menempati posisi strategis sebagai komoditas tambang yang tidak bisa diabaikan. Dari kendaraan listrik hingga industri pertahanan, dari alat medis hingga kosmetik, nikel menjadi kunci bagi keberlangsungan industri modern. Indonesia, dengan cadangan nikelnya yang melimpah, memiliki peluang sekaligus tantangan besar dalam memainkan peran global.

Nikel dan Perannya dalam Peradaban Industri

Secara ilmiah, nikel adalah logam putih keperakan yang mengilap, keras, tahan panas, dan korosi. Ia termasuk dalam lima logam terbanyak di kerak bumi, serta memiliki daya hantar listrik dan panas yang sangat baik. Di alam, nikel ditemukan dalam dua bentuk utama: bijih laterit (60%) dan bijih sulfida (40%).

Menurut US Geological Survey, cadangan nikel dunia mencapai 74 juta metrik ton. Indonesia berada di peringkat atas dengan cadangan sekitar 4,5 juta ton — tersebar luas di Sulawesi, Maluku, Papua, hingga Kalimantan. Kawasan Morowali dan Morowali Utara di Sulawesi Tengah kini menjelma sebagai episentrum industri nikel nasional.

Permintaan Global dan Tren Masa Depan

Laporan dari Australia Department of Industry, Innovation and Science mencatat bahwa konsumsi global nikel terus meningkat. Pada kuartal kedua 2022 saja, terjadi kenaikan sebesar 0,8% dibanding kuartal sebelumnya. Total permintaan nikel global di tahun itu mencapai 2,9 juta ton, dan diprediksi naik menjadi 3 juta ton di 2023 serta 3,1 juta ton di 2024.

Kenaikan permintaan ini terutama disebabkan oleh:

Pertumbuhan industri baterai kendaraan listrik (EV).

Kebutuhan akan baja tahan karat di berbagai sektor industri.

Modernisasi alat elektronik dan infrastruktur global.


Serbaguna dan Menyentuh Semua Aspek Kehidupan

Lebih dari 300.000 produk di dunia menggunakan nikel sebagai bahan utama. Beberapa contohnya:

Alat rumah tangga seperti wajan, pemanggang roti, dan sendok.

Koin logam, karena nikel tahan aus dan korosi.

Komponen pesawat terbang dan reaktor nuklir, karena daya tahannya terhadap suhu ekstrem.

Baterai lithium-nickel, sangat penting dalam transisi energi terbarukan.

Alat medis, kosmetik, hingga bearing industri berat — semua memanfaatkan sifat mekanik dan kimia nikel.


Dilema Eksploitasi: Antara Berkah Ekonomi dan Ancaman Ekologis

Meski bernilai tinggi secara ekonomi, eksploitasi nikel juga menimbulkan dilema lingkungan yang serius. Penambangan terbuka kerap menyebabkan:

Deforestasi dan kerusakan lahan.

Pencemaran air dan tanah dari limbah pengolahan.

Konflik sosial antara perusahaan tambang dan masyarakat adat.

Ketimpangan ekonomi yang memperlebar jurang kesejahteraan di daerah penghasil.


Tanpa regulasi yang ketat dan pengawasan independen, industri nikel bisa berubah menjadi pedang bermata dua: menguntungkan elite ekonomi, tetapi meninggalkan luka ekologis yang dalam bagi generasi mendatang.

Hilirisasi dan Jalan Menuju Kemandirian Industri

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah strategis dengan menghentikan ekspor bijih nikel mentah sejak 2020. Kebijakan ini merupakan bagian dari agenda besar hilirisasi sumber daya alam, yakni mengolah bahan mentah di dalam negeri agar menciptakan nilai tambah, lapangan kerja, dan kemandirian teknologi.

Dampak dari kebijakan ini antara lain:

Meningkatnya investasi asing untuk pembangunan smelter.

Terciptanya kawasan industri berbasis nikel seperti di Morowali dan Weda Bay.

Penguatan posisi Indonesia dalam rantai pasok baterai global.


Namun hilirisasi bukan tanpa tantangan. Beberapa aspek yang harus dijaga:

Teknologi pengolahan yang ramah lingkungan.

Transparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola industri.

Partisipasi dan perlindungan hak masyarakat lokal.

Rehabilitasi pascatambang yang konkret dan terukur.


Kesimpulan: Menuju Tata Kelola Nikel yang Adil dan Berkelanjutan

Nikel adalah simbol dari masa depan yang sedang dibentuk: energi bersih, mobilitas cerdas, dan industri berdaya saing tinggi. Indonesia memiliki semua modal untuk menjadi pemain utama di sektor ini. Namun tanpa tanggung jawab sosial dan ekologi, nikel bisa menjadi sumber ketimpangan dan kerusakan jangka panjang.

Kami di teropongsenayan.com percaya bahwa tata kelola sumber daya alam harus berpijak pada tiga pilar: keadilan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan keberpihakan pada rakyat. Dengan itu, nikel tidak hanya menjadi logam industri, tetapi juga logam kemajuan bangsa.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
PEMPEK GOLDY
advertisement
KURBAN TS -DD 2025
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

Raja Ampat, Nikel, dan Pertaruhan Masa Depan Bangsa

Oleh Ariady Achmad & Tim TeropongSenayan.com
pada hari Senin, 09 Jun 2025
Ketika alam menyuarakan peringatan dan rakyat menyatakan penolakan, maka diam adalah bentuk kekerasan yang terselubung. Hari ini, suara itu datang dari ujung timur Indonesia—Raja Ampat. Wilayah ...
Opini

Rasionalitas Warga Waras

Seorang tokoh nasional mengaku memiliki ijazah sarjana yang terbit pada 1985. Namun, skripsinya baru dibuat pada 2018. Dugaan pemalsuan itu semula luput dari perhatian publik. Ijazah cukup ...