Oleh Sahlan Ake pada hari Kamis, 03 Jul 2025 - 22:05:14 WIB
Bagikan Berita ini :

Dukung Transisi Energi: Kilang Pertamina Internasional Terapkan Strategi Khusus

tscom_news_photo_1751555114.jpg
Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sebagai bagian dari mata rantai ketahanan energi nasional, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mengambil peranan penting dalam era transisi energi. Hal itu disampaikan Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, saat menjadi pembicara dalam acara Joint Convention Semarang 2025 (JCS 2025), (Selasa, 1/7).

Menurut Taufik, isu energi tidak dapat dilepaskan dari konsep Energi Trilemma yaitu konsep yang mencakup tiga tantangan utama dalam sistem energi yaitu keamanan energi, keberlanjutan energi, dan keterjangkauan energi.

"Setiap negara memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya. Negara juga memiliki kepentingan menyediakan energi yang dapat dijangkau masyarakatnya dengan harga yang sesuai. Di sisi lainnya, setiap negara juga harus memikirkan proses transisi energi menuju energi yang rendah karbon," jelas Taufik di hadapan peserta JCS 2025.

Menurutnya, ketiga hal tersebut akan menjadi bahan pertimbangan untuk mewujudkan program Asta Cita Pemerintahan Presiden Prabowo, khususnya poin yang menekankan pentingnya mewujudkan kemandirian bangsa melalui ketahanan energi, kedaulatan sumber daya alam, serta hilirisasi industri nasional.

KPI sendiri, lanjut Taufik, mengambil langkah yang disebut dengan Pertamina Dual Growth Strategy. "KPI sebagai bagian Pertamina juga menerapkan strategi pertumbuhan ganda tersebut. Strategi pertama yaitu bagaimana KPI memaksimalkan bisnis eksisting sekarang atau Legacy Business. Dan kedua adalah membangun bisnis low carbon," jelas Taufik.

Strategi memaksimalkan bisnis eksisting dilakukan dengan meningkatkan kualitas dan kapasitas kilang. Sementara itu, KPI juga membangun bisnis low carbon dengan mengembangkan Green Refinery dan menghasilkan produk-produk yang berbahan baku nabati (biofuel).

Terkait dengan Biofuel, KPI mengimplementasikannya melalui berbagai strategi. Pertama melalui Co-Processing yaitu bahan baku nabati diproses melalui pencampuran dengan bahan baku fosil pada fasilitas eksisting. Di strategi ini, KPI telah mampu menghasilkan bio avtur Pertamina Sustainable Aviation Fuel 2,4% yang berbahan baku minyak inti sawit atau Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil.

Yang kedua, Conversion yaitu bahan baku nabati 100 persen diproses menjadi bahan bakar. Di strategi ini, KPI telah mampu memproduksi bio diesel 100% dengan jenis Hydrotreated Vegetable Oil (HVO). Produk KPI ini dikenal dengan Pertamina Renewable Diesel (RD).

KPI juga berencana mengembangkan Green Refinery yang dapat mengolah bahan baku 2nd Generation berupa limbah nabati salah satunya adalah minyak jelantah. Untuk tahap awal, proses produksinya akan dilakukan di Kilang Cilacap, dan rencananya akan dikembangkan di kilang-kilang lainnya.

KPI saat ini memilih strategi produksi SAF dengan metode Co-Processing karena memiliki berbagai keuntungan. "Metode ini merupakan cara tercepat untuk memproduksi SAF. Apalagi proses pembuatannya melalui fasilitas eksisting telah terbukti. Penggunaan fasilitas produksi eksisting tentu akan memerlukan investasi yang lebih kecil. Selain itu, ini menjadi kesempatan untuk mengevaluasi fasilitas eksisting sambil mempersiapkan fasilitas pengolahan yang lebih besar," jelas Taufik.

Pengembangan ekosistem produk biofuel khususnya SAF, kata Taufik memerlukan sinergi berbagai pemangku kepentingan.

"Para pemangku kepentingan harus mengambil perannya masing-masing baik dari sisi peraturan maupun produknya. KPI memiliki tugas menghasilkan produknya dan akan berusaha melaksanakannya sesuai peta jalan yang sudah disusun," sambungnya.

Beragam strategi yang dijalankan KPI tidak hanya mempercepat transisi energi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi ekonomi nasional. Taufik mengungkapkan langkah tersebut memiliki multiplier effect, seperti penciptaan lapangan kerja, peningkatan produksi, dan bertambahnya nilai tambah di dalam negeri.

Ia menambahkan, upaya ini merupakan upaya untuk mendorong transformasi ekonomi berbasis sektor strategis, termasuk energi dan mineral. Selain mendukung pertumbuhan ekonomi, strategi ini juga bertujuan mewujudkan ketahanan energi nasional yang berkelanjutan. “Ketahanan dan keberlanjutan energi adalah pondasi bagi kemandirian ekonomi, kedaulatan politik, dan kesejahteraan rakyat Indonesia,” pungkas Taufik.

Joint Convention Semarang 2025 (JCS 2025) berlangsung pada 1–3 Juli 2025 di Padma Hotel, Semarang, Jawa Tengah. Acara ini merupakan hasil kolaborasi lima asosiasi profesional di bidang energi dan sumber daya mineral, yakni Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI), Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) dan Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI).

Digelar setiap dua tahun sekali sejak 2003, JCS menjadi wadah diskusi dan kolaborasi para profesional, akademisi dan pelaku industri energi dan sumber daya mineral. Mereka membahas mengenai tantangan dan solusi dalam transisi energi, keberlanjutan dan ketahanan energi nasional. Dan tahun ini, Joint Convention Semarang mengambil tema “Sustainable Energy Resilience: Indonesia’s Path to Self-Sufficiency.”

tag: #pt-telkom  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
PEMPEK GOLDY
advertisement
KURBAN TS -DD 2025
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement